Soundtrack merupakan salah satu elemen yang membuat sebuah penghayatan ketika menonton film menjadi semakin menarik dan terasa. Apa pun genre filmnya, apa pun adegannya, aku rasa soundtrack membuat dramatisasi film tersebut semakin kuat. Yaa asal jangan seluruh bagian film cuma soundtrack doank isinya. Ga tau kenapa, kalo denger lagu ini... ga kerasa ada air mata yang mengalir...hehe... Salah satu OST favoritku mungkin, dari salah satu film favoritku...

Soundtrack: Notting Hill
Title: She - Elvis Costello

She
may be the face I can't forget
a trace of pleasure I regret
may be my treasure or the price I have to pay
she may be the song that Solomon sings
may be the chill that autumn brings
my be a hounded tearful things
within the measure of the day.

She
may be the beauty or the beast
may be the famine or the feast
may turn each day into heave or a hell
she may be the mirror of my dream
a smile reflected in a stream
she may not be what she may seem
inside as shell

she who always seems so happy 'n proud
who's eyes can be so private and so proud
no one's allowed to see them when they cry
she may be the love that can and hope to last
may come to me from shadows of the past
that I remember till day I die

She
may be the reason I survive
the why and where for I'm alive
the one I'll care for through the rough and rainy years
me I'll take her laughter and her tears
and make them all my souvenirs
for where she goes I got to be
the meaning of my life is

she... she... she ....



Just want to share...thank you... :)

Sabtu lalu, pagi-pagi aku dihubungi kakak iparku. Dia bertanya apakah aku mau ikut jalan-jalan ke jogja taw gak. Akhirnya kuputuskan tuk ikut ya itung-itung karena aku ga jadi maen ke semarang. Lalu akhirnya aku berangkat bareng kakakku, istrinya,dan kedua keponakanku ke jogja. Ya intinya bener-bener jalan-jalan. Meski sering ke jogja, tp tetep aj ada rasa nyaman tersendiri tiap mengunjungi kota ini. Sampe perbatasan jogja, ternyata mereka ga ada tujuan pasti mau kemana, ya akhirnya ke Amplaz dulu deh karena masih jam 10an, jadi pasti lebih sepi dan lebih nyaman aja. Karena ternyta kakak iparku belum pernah ke Amplaz. Terakhir ke jogja, katanya gedungnya belum dibangun. Aq si maklum karena dia lebih terbiasa ngubek-ngubek mall di Jakarta.

Sampe di Amplaz, tujuan nya ya keliling-keliling, belanja-belanja, liat pameran, dan lain-lain. Ya yang biasa orang lakuin klo ke mall. Keponakanku yg pertama, Alya, seneng bgt, ni anak meski baru mau 4thn, tp namanya jalan-jalan di mall lebih kuat dr pada aku. Hahaha,,,keliatan bgt klo dr bayi sama ortunya sering dibawa ke mall. Haduh-haduh dasar anak jaman skarng. Akhirnya dia pun yang ribut duluan ngajak makan karena perutnya dah laper. Karena dia juga ribut mulu minta maen di time zone taw smacemnya tapi ga dibolehin ma kakakku. Ya akhirnya, luluh juga bapaknya, kita ke lantai atasnya lagi trus ke game stationnya kalo ga salah. Yang deket ma AW, karena kponakanku ma bapaknya ni paling suka makan di AW. Haduhhh…

Keponakanku pun menarik tangan ayahnya ke arah area game station itu, namun beberapa meter sebelum masuk lokasi tiba-tiba, kponakanku itu tiba-tiba berenti berjalan dan kemudian mundur beberapa langkah, wajahnya yang sumringah pun tiba-tiba langsung pucat dan ketakutan. Dia kemudian berbalik arah dan menarik tangan ayahnya dan minta pulang, dia trus merengek minta pulang, bahkan dari tadi dia yang rewel dah laper trus minta makan di AW langsung ilang kayaknya lapernya, dia trus bilang minta pulang. Mamanya sambil gendong si kecil trus bertanya ma Alya kenapa dia ketakutan gt. Apa dia abis liat sesuatu di game station tadi. Aku juga heran knapa ni anak, Akhirnya kami pun menuju lantai paling bawah, karena mobil di parkir disitu. Sampe di mobil kami terus bertnya-tanya kenapa dia begitu. Akhirnya dia pun bilang, katanya dia tadi liat setan, setannya cowok, n gede bgt katanya. Weewww, aq jd kaget. Padahal aq ga liat apa-apa tadi, cuma ada beberapa remaja yang bermaen game disana.

Akhirnya aq pun ga bhs hal itu lagi di mobil. Aq emang sering denger katanya ada orang-orang yang menggunakan bantuan makhluk-makhluk gaib itu untuk tujuan ekonomi, atau sekedar tuk penglaris, mungkin itu istilah populernya. Supaya tempat bisnisnya lebih banyak dikunjungi orang maupun bisnisnya berjalan lebih lancar. Tapi yang aku heran, kenapa alya cm ketakutan pas di t4 itu. Karena banyak bgt toko di Amplas, aq yakin bnyk yang make hal-hal macem itu. Percaya taw ga mungkin ya itu bener taw mungkin ga bener. Kembali ke diri kita masing-masing aja klo soal hal ginian. Aq si cm bersyukur, ga bisa lihat secara langsung makhluk seperti itu. Ada yang bilang kalo anak kecil biasanya cenderung bisa melihat hal-hal mistis sperti itu. Ya aku si maklum, karena aku punya spupu yang semenjak lahir bisa lihat hal-hal mistis, bahkan bisa mengobati berbagai macam penyakit, meski lambat laun kemudian kemampuan itu hilang seiring bertambahnya umur. Karena ini di Jawa, dan ini Jogja gt lo, sepertinya hal-hal berbau mistis dah menjadi rahasia umum yang semua orang di jogja mungkin memaklumi. Ga di Jawa, hal-hal macem gini juga banyak. Meski Dulu waktu aku blm merantau ke jogja ga terlalu percaya dengan hal-hal ginian.

Tapi ya dari cerita maupun pengalaman yang dialami langsung oleh beberpa orang yang ku kenal baik, jadi agak memahami dan memaklumi tentang berbagai hal seperti ini. Seperti misalnya di jogja itu ternyta banyak bgt mahasiswa luar daerah yang pada awal masuk kuliah di jogja, dah punya “pegangan” yang mereka bawa dari daerah masing-masing. Ntah itu jimat, doa-doa terntu, jampi2, taw barang-barang kberuntungan, yang mereka dapat sendiri maupun diberi oleh orang tuanya. Katanya si tujuannya cuma untuk perlindungan, kalo pun ada tujuan lain ya itu hak masing-masing. Asal ga merugikan orang lain aja. Aq bener-bener kaget waktu itu, karena hal tersbut banyak ku dengar langsung dr mereka yang melakukannya. Klo mahasiswa di daerah lain melakukan hal yang sama taw nggak, aq ga tau deh itu.

Lalu ada lagi pengakuan seorang manager pengelola salah satu toko terkenal di Malioboro di salah satu workshop yang kuhadiri kalo dia menyuruh pegawainya untuk memasang dupa ataupun menyan pada hari-hari tertentu di depan tokonya dan beberapa titik jalan malioboro. Katanya si biar membentuk suasana nyaman tertentu dan semoga memperlancar bisnis mereka. Banyak skali hal-hal semacam ini yang kudengar bahkan ku lihat sendiri orang-orang yang mempraktekkan hal-hal semacam itu. Secara realistis, aku agak ga ngeh, tp ya nyatanya hal ini yang terjadi di masyarakat. Tiap daerah biasanya punya cara-cara tersendiri dalam hal-hal mistis. Jawa ada sendiri, kalimantan ada sendiri, sumatra ada sendiri. Mungkin aq sebagai manusia biasa cuma bisa ya memperhatikan dan memaklumi. Kita ga bisa meminta orang harus ini harus itu sesuai kemauan kita. Setiap orang punya pilihan tentang bagaimana mereka menjalani hidup, bagaimana kepercayaan mereka, cara hidup mereka, dan mereka pun harus siap apa pun konsekuensi baik maupun buruknya. Islam pun mengajarkan bahwa kita harus percaya pada hal-hal gaib. Namun dengan batasan tertentu pula. Yang jelas jangan kita sampai kita “mendua” dari Allah swt. Karena konsekuensinya akan sangat berat baik di dunia taw kelak di akhirat.

*maaf jika ada salah kata, ga bermaksud menjelekkan maupun mempromosikan pihak tertentu.

Beberapa minggu terakhir aku cukup disibukkan dengan pengurusan surat-surat administrasi dengan sebuah birokrasi bernama kampus. Hanya untuk pengurusan pengajuan skripsi atau pun penelitian. Banyak syarat yang harus dipenuhi. Aku ga nyangka tuk beberapa hal tersebut sangat rumit dan belum ada penerapan sistem satu pintu. Sepertinya semua harus diurus sendiri dan mengusahakan sendiri, bahkan terkadang tentang format yang benar mengenai sebuah surat dan alur penyerahannya tidak ada informasi resmi yang jelas. Jika melihat semua ini, aku yakin ini sudah berlangsung turun menurun atau sudah sangat lama.

Tradisi memang harus dilestarikan, tapi jika sebuah sikap tidak professional dan tidak konsisten apa itu sangat dibutuhkan tuk diteruskan. Kampus ini selalu berkoar-koar tuk go international dan masuk dalam 200 perguruan tinggi terbaik di dunia dan segala macam programnya. Tapi ya namanaya program memang dibuat tuk tertunda-tunda dan selalu ada penghalang yang memang ada atau dicari-cari. Untuk mencitrakan dirinya dengan baik bagi warga dalam kampus sendiri aja masih sulit.

Ada beberapa hal pokok yang aku cermati dalam hal ini mengenai sebuah inkonsistensi citra sebuah kampus tempat aku kuliah yang katanya memiliki citra yang baik, terutama difakultas tempatku ngampus.

1. Tuk sebuah nama lengkap kampus, banyak sekali warga kampus yang tau, tidak tau, atau mungkin tidak mau tau tentang kepanjangan sebenarnya tentang nama lengkap kampus. Apa sih susahnya nyebut kata negeri setelah kata universitas, jadi orang diluar sana tau kenapa dan apa kepanjangan dari akronim yang biasa disebutkan itu. Fatalnya lagi dalam kop surat resmi di fakultasku dengan menyertakan ttd dekan, telpn, web, dsb, penulisan nama universitas secara lengkap saja masih kurang dan salah. Gimana mau mengedukasi pencitraan kampus ke luar, mengedukasi ke warga kampusnya sendiri aja ga becus.

2. Pengurusan surat keterangan masih kuliah, untuk hal yang satu ini pengurusannya di fakultas ini tidaklah simple. Mahasiswanya harus ke bagian kemahasiswaan, isi formulir dan nunggu bentar tuk pengetikan suratnya, bahkan terkadang jika petugasnya agak sibuk atau malas, mahasiswa disuruh tuk mengetiknya sendiri di computer ruangan tersebut sesuai dengan contoh yang ada. Dan petugas kemudian hanya tinggal mengklik menu Print. Kemudian surat tersebut di bawa ke ruang dekan tuk ditandatangani oleh pembantu dekan. Itu pun kalo dekannya ada. Kalo ga ada, ya surat itu ditinggal di meja nya dan besok baru diambil. Gimana klo lg bth cepet, bakal ribetkan. Dan ternyata hanya di tandatangani, ga ada cap resmi dari fakultas atau jurusan. Karena mungkin menurut kampusku tersayang ini ttd tersebut dah cukup kuat. Apa mereka ga berpikir, mungkin aja ada instansi yang jg bth bukti cap tuk memperkuat legalitas surat yang ada. Aku bilang kayak gini karena aku pernah melihat kepengurusan surat ini dikampus lain cm 10-15 menit. Itu pun cm tinggal isi formulir trus ketik2 dikit trus diprint dan dicap. Jadi deh, terlihat goodlooking karena kop suratnya tak ada kesalahan, ada warna khas, ada ttd digital yg legal, di cap pula. Instansi manapun tidak akan meragukannya. Padahal itu datang dari kampus yang akreditasinya kbanyakan msh B tuk fakultas yang sama dengan fakultas tempatku ngampus.

3. Alur kepengurusan surat pengajuan skripsi. Tak ada informasi yang jelas mengenai informasi tentang hal penting seperti skripsi. Klo memang ada alur yang panjang kenapa juga tak ada informasi yang jelas mengenai alur tersebut. Ketika aku dah ngajuin judul skripsi, aku bertanya kepada salah satu pimpinan jurusan. Setelah ini gmn pak? Beliau mengatakan coba tanya temenmu yang judul skripsinya udah di acc. Ternyata beberpa teman juga bingung. Lalu aku tanya ke bagian pendidikan, jawabnnya pun cuma “itu di rak, ambil aja contoh formatnya”. Tak ada yang menginformasikan surat mana dulu yang harus diajukan, karena ternyta surat2 itu saling melengkapi. Jangan-jangan dalam pengurusan setelah wisuda akan lebih ribet lagi dari ini. Lalu tuk tandatangan kesediaan dosen pembimbing, juga aga sulit. Apa lagi klo dosen2 itu tipikal dosen yg sangat sibuk, mengajar diluar, taw punya mata pencaharian lain. Tapi tuk yang hal tersebut aku rasa masih bisa dimaklumi.

4. Tidak adilnya perlakuan terhadap mahasiswa. Masih ada unsur membeda-bedakan. Waktu ngajuin proposal skripsi kurang adanya sikap ramah dari yg berwenang memberikan acc terhdap proposal tersebut. Kecenderungannya pun lebih ke arah sisi fisik dan jenis kelamin. Kalo ke mahasiswi yang cantik2, orang tersebut akan lebih ramah dan banyak basa-basi, tapi kalo ke mahasiswa ya kayaknya liat mood dia juga. Belum lagi perbedaan perlakuan karena factor akrab tidak akrab atau masih ada hubungan keluarga dengan abdi-abdi dalem kampus. Ya tentu saja itu tidak semua, hanya oknum-oknum tertentu. Tapi tentu saja itu bisa membuat pencitraan professional di lingkungan kampus pun menjadi terganggu. Ya semoga aja ini tidak berulang terus.

5. Kualitas para pendidiknya yang masih kurang. Meskipun banyak dari mereka yg ngajar dikampusku banyak yg rata2 mempunyai gelar master dari luar negeri. Namun tidak semuanya memiliki kualitas yang baik. Meski sebenernya aku yakin mereka itu mampu. Kemungkinan besar karena teknik mengajar mereka yg terlalu konvensional dan biasa. Atau mungkin beberapa pengajar yang memang memiliki kualitas yang kurang. Sehingga kesan yg muncul adalah cenderung membosankan dan tidak berkesan. Masih sedikit jumlah pengajar yg menerapkan metode mengajar yg unik dan menarik yang menimbulkan kesan yang baik dan memotivasi semangat para mahasiswanya lebih baik lagi. Semoga seiring dengan penerapan program2 baru menuju kampus internasional, teknik mengajar mereka akan lebih baik lagi.

Melihat hal tersebut aku jadi agak heran, gmna caranya jurusan tempatku ngampus ini bisa dapet akreditasi A*, padahal stauku tuk pengurusan akreditasi tu ribet bgt dan ada audit dan pemantauan dari pihak BAN PT. Tapi kok tempatku ngampus ini bisa dapet ya. Dengan citra yang bagus seharusnya kampus bisa membuktikan di lapangan bahkan kampus ini mempunyai kualitas yang teruji dan sumber daya yang professional. Jangan cuma ketika ada kunjungan dari pihak dinas pendidikan, taw pejabat tinggi, atau auditor bagusnya muncul, tapi ketika dah lalu ya nurun lagi kualitasnya. Kalo inkonsisten gini trus, gmn mau cepet maju dan bisa memberikan contoh pendidikan birokrasi yang baik kepada mahasiswa nya jika birokrasi di dalem kampus msh kurang professional. Aku gak nyebut nama kampusku, karena mungkin pembaca tau dari posting2 sebelum ini. Karena mau tidak mau, kampus inilah yang menjadi tempatku menuntut ilmu sekarang. Aku hanya berharap agar oknum2 yang tidak professional di dalam kampus agar memperbaiki diri tau dimutasi kalo msh bandel, birokrasi juga semakin mudah, sistem satu pintu kek atau apa kek gt, yg penting praktis, dan efisien, dan membuktikan diri bahkan kampus ini mampu bersaing secara national dan intenational.

The work stories

Magang sering dijadikan batu loncatan bagi seseorang tuk masuk ke dalam suatu perusahaan, apalagi jika itu seorang mahasiswa. Magang, kerja praktek, praktek kerja lapangan atau apalah itu istilahnya biasanya dipake generasi mahasiswa kita untuk tujuan tertentu. Sebagian besar dengan alasan menambah pengetahuan, pengalaman, mendapat data2 khusus, tuk penelitian, taw sekedar melengkapi nilai tugas kuliah. Dan tentu saja hal itu pun pernah ku lakukan sebagai seorang mahasiswa. Sebuah pengalaman yang gak akan pernah bisa aku lupain seumur hidup.

Pertama kali magang dulu, waktu semester 4 pas masih kuliah di UGM. Sebenernya belum bisa dianggep magang menurutku. Cuma yaaa memperhatikan orang kerja dikantor dan sedikit terlibat di dalamnya, maklum aja anak semester 4 di perusahaan itu kira2 bisa apa, ya mungkin itulah anggapan beberapa orang di luar sana…. Alasan ku magang waktu itu karena dosen salah satu mata kuliah wajib dari konsentrasi kuliah yg kuambil meminta agar para anak didiknya bisa melihat apa yang terjadi di perusahaan, terutama mengenai pemasaran dan cara berhubungan dengan klien. Senior pada bilang, wah itu dosen agak killer , nilainya juga pelit, itu dah terbukti diangkatan berapapun selama dia mengajar. Tapi justru itu yang bikin aku penasaran dan tertantang, tapi begitu kenal tu bapak ternyta ya emang agak ketat nilainya, tapi gak killer2 amat, aroma persaingan di kelasnya jadi lebih terasa asyik dan menarik.

Namun, begitu semester 4 mau berakhir aku agak ngerti kenapa tu dosen nyuruh kita magang dan cuma masuk kuliah sebulan sekali. Ternyata dia sedang sibuk penelitian tuk kuliah S2 nya, dan dia pengen ngurangi jam ngajarnya supaya bisa lebih konsen ke S2 nya itu. Wah ternyta, tapi gak apalah, jadi nambah pengalaman. Nah, waktu itu akhirnya aku magang di PH studio animasi 3D di Jogja di bagian marketingnya, itu pun dengan bantuan seorang teman yang berbaik hati mau menghubungi owner ph itu. Karena waktu itu aku dah kebingungan mau magang dimana,mungkin temen2 ku juga. Rata2 perusahaan dijogaja itu bilang kalo gak nerima magang/pkl, taw lagi penuh dengan anak magang jd harus ngantri. Padahal waktu yang dikasih dosen itu cm ampe akhir semester, berarti tengah juni, dan minimal magang 1 bulan. Dan ga mungkin keluar jogja, karena msh ada kuliah. Tapi syukur deh ada yang mau nerima aku.

Enaknya lagi tempat magangnya ga jauh dari kostku, ga nyampe 1km. Dan cm sekitar 2km dr kampus, jadi enak buat bolakbalik dari kantor tu ph ke kampus. Soalnya aku kan masih punya tanggungjawab kuliah yg lain. Jadi susah bgt sebenernya buat ngatur waktunya. Akhirnya aku bikin jadwal yg disepakati oleh atasanku di t4 magang. Kalo aku ke tempat magang, setelah pulang kuliah dari senin ampe jumat dan sabtu jika dibutuhkan, karena kebanyakan kuliahku dari pagi ampe tengah hari. Dan aku dikantor dari siang itu ampe sore taw malem terkadang. Bener2 semester yang melelahkan, belum lagi tugas2 mata kuliah lain yang banyak. Awalnya aku bener2 masih kaku dan bingung waktu magang disana, kerjaanku paling cm angkat telepon, bikin janji, nyatet hasil rapat,dll. Trus agak naik dikit ke tahapan pencarian ide buat proyek2 yang digarap dan mendalami perusahaan yang potensial tuk digarap jadi klien. Cari beritanya, cari issu yang hangat, dan cari contact perseon perusahaannya lewat Koran, internet, taw majalah yang tersedia di kantor.

Karena ini ph studio animasi, jadi proyeknya semua tentang animasi 3D, projectnya pun ga jauh2 dari film, komik, cerpen, dan semacemnya tuk campaign, iklan, taw project khusus dari perusahaan, RS, pemerintah, bahkan LSM. Trus kerjaanku naik lagi ke tahap datengin calon klien, nawarin projectnya, kirim CV perusahaan, dan posting berita di web perusahaan itu pun masih harus ditemenin/diawasi atasanku. Tapi sayangnya aku disini belum belajar software 3Dnya karena ga sempet dan agak “rikuh” karena aku dah ckp merepotkan di kantor itu. Hehehe…Aku magang di ph ini selama dua bulan dari Maret-April. Selain hal-hal diatas yang kudapet, dari magang ini juga aku bisa ngerti tentang perilaku orang2 di sebuah kantor kerja kreatif, karena bidangnya dan orang-orang yang unik, segala sesuatunya tidak terlalu resmi dan nyantai, ga seperti suasana kantor pemerintahan maupun perusahaan besar yang banyak aturan dan lebih resmi. Namun beberapa bulan yang lalu aku lewat kantor t4 magangku ini, sepertinya dah pindah… Terlihat sepi dan tidak terurus lagi. Aku si berharap belum gulung tikar.

Begitu akhir semester aku buat laporan ke dosen mata kuliah yang nyuruh aku magang dan mempresentasikannya. Meski waktu hari presentasi, aku telat bgt, gara2 ketiduran karena capek lembur tugas kuliah yang lain dan buat laporan itu. Bener semester yg paling menguras pikiran. Ketika semester berakhir, nilai pun keluar. Hasilnya sangat mengecewakan. Nilaiku lengkap bgt dari A,B,C, dan bahkan D. Sepertinya aku terlalu konsen ke dosen yang agak pelit nilainya, buktinya dosen yang pelit nilainya aku dpt A, tp temen2 banyak yg dapat C,D. Lha yg aku dpt C dan D, malah temen2 ku dpt B. Kecewa bgt, karena dah usaha keras tapi ternyata msh ada yang luput dari perhatian. Wah, bener2 kaget dengan nilai yg kudapet, karena baru pertama kali ada nilai D. Ternyata waktu dikonfirmasi, ada kesalahan teknis, soal pengumpulan tugas salah satu mata kuliah, tapi apa boleh buat aku harus ngulang semester depan. Tapi hasil ngulangnya tidak sia2, nilaiku pun berubah menjadi A….hore…..hehehe….

Lalu, di semester akhir, aku pun magang lagi di perusahaan tuk memenuhi syarat kelulusan dan menyusun tugas akhir. Kali ini magang di ibu kota Jakarta. Hohoho, ga nyangka bgt, tapi sangat disarankan karena akan membantu nilai tugas akhir dan pengalaman yang sangat menarik jika dibandingkan di kota lain. Karena Jakarta memiliki aroma persaingan bisnis yang kuat dan jumlah perusahaan yang banyak. Temen-temenku kebanyakan magang di biro2 iklan yang terkenal atau di beberapa perusahaan media massa. Tapi aku dapetnya di sebuah kantor kecil advertising agency di kitaran Sudirman Jakarta.

Kantornya tu di lantai 6 di salah satu gedung tertua di Sudirman. Dari luar keliatan ga keurus, tapi dalemnya masih lumayan. Ya seenggaknya AC nya masih jalan dan liftnya ga rusak. Yang menarik, hampir semua orang manajer di kantor t4 magangku berhubungan dengan Jogja, ntah itu istrinya orang jogja, pernah ngerantau di jogja, taw yg pernah kuliah di Jogja. Di daerah inilah pengalamanku fight di ibukota di mulai. Oya, aku tinggal di daerah cipete, Jakarta Selatan di t4 kakakku. Minggu pertama, aku langsung terlibat di event launching sepeda motor India di salah satu mall di Jakut yang punya hall music besar di lantai atas. Kebetulan juga waktu itu kakakku jadi promotion manager mall itu, jadi aku berangkat n pulangnya bisa bareng, karena aku masih awam soal Jakarta, sekrang juga masih hahaha.

Selama seminggu penuh, jam 9 pagi dah ada di mall itu dan pulangnya paling cepet jam 8 malem. Seminggu idup di mall ampe apal seluk beluknya. Terutama bagian lobby. Huhh… Aku mampir ke kantor t4 magang cm dua kali selama seminggu itu. Sisanya dihabiskan nongkrong di mall sambil jaga stan pameran dan persiapan launching. Begitu hari H launching aku ditugasin tuk ngordinir semua suvenir2 tuk tamu undangan, dokumentasi laporan, dan ngordinir SPG yang bertugas meski akhirnya diambil alih ma orang dari klien kita.

Apesnya, hari terakhir event, kakakku tiba2 pengen jenguk istri dan anaknya di purwokerto, dia langsung berangkat dr pulang kantor, akhirnya motor ditinggal, dan aku suruh bawa pulang sendiri. Mampus dah, lum apal lg jalannya. Untung motor, bukan mobil yang dtinggal. Gt aj aku nyasar, karena aku belum hapal jg jalannya. Biasanya dari mall di jakut itu ke cipete ditempuh selama sekitar 1 jam 20 menit. Karena aku nyasar dikit, dua jam lebih aku baru nyampe rumah, keujanan pula. Masih inget bgt, aku baru nyampe tu jam 22.45. Tapi ga papa, jd pengalaman nyasar di Jakarta.

Kemudian, tiap harinya aku masuk ke kantor seperti biasa. Paling gak, Jam 9 pagi aku dah harus di kantor. Ga enak ma dirutnya. Dirutnya aja jam 8.45 pasti dah nyampe kantor. Kadang aku naik bis jalur 615 ke blok M trus naik busway n turun di halte benhill, tp aku lebih suka naik bis 615 turun di blok M trus naik bis jalur 19 turun di benhill. Tapi kadang aku bawa motor sendiri ke kantor, taw kadang bareng ma kakakku kalo dia lgi berangkat pagi, karena jabatannya dah lumayan jadi dia ga perlu berangkat pagi2 kecuali ada meeting. Pulangnya pun aku naik mobil bis yang sama, biasanya abis magrib baru pulang taw abis Isya baru pulang, kadang juga jam9 malem baru bs pulang. Toh juga kadang nyampenya sama, karena kondisi macet. Tapi kadang kakakku mampir ke kantorku dan pulang bareng.

Keberadaanku di kantor ini bener2 dimanfaatin ma orang2 kantor kayaknya. Dulu dah ada ketakutan kalo aku bakal disuruh2 hal yang ga penting missal fotocopylah atau bikin kopi. KArena denger cerita2 kakak tingkat yang pulang magang. Tapi Ternyata aku dah dilibatin langsung ke perencanaan projectnya. Untung aja dah ada OB. Bosku menyebut posisi magangku disini sebagai junior creative planner, karena aku dibawah bimbingan langsung Creative Managernya. Kerjaanku waktu di kantor biasanya buat rencana pelaksanaan project terutama event. Seperti misalnya proposalnya, tema, ragam acara, pengisinya. Aku juga biasanya dimintai pendapat soal karakter perusahaan yang jadi klien, pesaingnya, dan pendapat2 pribadiku sebagai seseorang yang kuliah di bidang komunikasi terutama advertising dan marketing communication. Karena sebagian besar basic orang dikantor adalah dibidang keuangan, administrasi, marketing, dan visual. Aku sangat senang karena pendapatku dan ide2ku selalu di hargai disini. Terutama saat meeting. Tapi kadang keseringan meeting juga menyebalkan, apalagi lagi ada proyek gede, bisa meeting tiap hari, tiap abis ashar. Membosankan, apalagi kalo ada debat panjang antar manager…huft…

Aku magang sebenernya cuma 1 bulan rencananya. Tapi begitu bulan kedua, aku diminta stay lebih lama lagi oleh pihak kantor, aku pun diberi honor dan bonus. Akhirnya aku berada disana dari febuari ampe awal mei. Aku dianggap sebagai freelance disini. Tentunya kesempatan ini gak aku sia-siakan. Selama beberapa bulan itu aku telibat di beberapa project. Ada yang sukses ada juga yang kalah waktu pitching. Yang masih ku ingat bgt soal project event salah satu operator CDMA di ICS, yang berinisial “S”. Aku waktu itu bertugas tuk bikin ide-ide buat proposal eventnya terutama ragam acaranya. Dan juga materi tuk presentasinya, sayang waktu itu aku gak boleh ikutan pergi pithching. Pitchingnya juga kalah. Aku inget bgt ide ku yang waktu itu ditolak, setengah tahun kemudian ada operator seluler GSM yang ngadain acara mirip dengan ide yang aku kasih. Dan cukup sukses secara nasional. Tapi ga apa, mungkin ide mereka memang mirip dengan ideku yg waktu itu ku usulkan tuk event. Toh, itu beda operator dan dah berlalu.

Sebenernya di pitching itu, kantorku ga kalah2 bgt. Meski kalah di project utamanya tp kami dapet project yg lain. Yaitu event selama 3 minggu penuh. Nilai kontraknya pun lumayan besar. Dan lagi2 meeting mulu, hampir tiap hari. Job desk pun diberikan, aku dapet bagian yang lumayan penting, asisten project leader…yiay akhirnya bisa nyuruh2 orang. Itu ekspresi pertamaku. Event utamanya diadain di 3 lokasi yaitu salah satu mall di kelapa gading, di halaman gelora bung karno, dan salah satu mall di karawang. Eventnya cukup unik karena panggungnya pake mobil bis branding yang dibuat khusus. Kalo tiap senin ampe kamis, bis ini keliling Jakarta. Jumat Sabtu ada direct selling di kawasan perkantoran. Lumyanlah aku bisa keliling Jakarta gratis, tapi aku cm ikut kelilingnya dua kali, karena aku pun terlibat di project kantor yang lain.

Yang paling deg-deg an waktu presentasi depan petinggi2 salah satu instansi pemerintah, aku bergantian presentasi ma atasanku menjelaskn ide-ide yang kami ajuin buat project sosialisasi salah satu program pemerintah. Bner2 nervous, meski aku sering presentasi di kelas, tp ga pernah presentasi beneran gt dpn orang berpakaian resmi buat proyek milyaran rupiah. Tapi aku seneng bgt karena bs terlibat langsung. Aku juga kdang ikut ke lapangan buat membantu. Di kantor lebih sering disebut jalan sore, karena sambil jalan2 sambil survey. Kalo ga salah waktu itu aku ikut bantu survey ke beberapa mall dan hotel bintang 4 tuk liat ballroomnya buat event anniversary salah satu perusahaan yg jd klien tetap kantorku. Salah satunya survey hotel yg taun lalu di bom lagi. Aku bener2 ga nyangka kalo tu hotel di bom lagi. Tapi yang paling capek waktu nemenin managerku keliling glodok buat survey peralatan lengkap sound system dan band. Karena kantor pengen punya sendiri, jd ga perlu nyewa2 lagi. Dari siang hari ampe magrib baru nyampe kantor lagi. Tapi aku jadi tau yang namanya Glodok.

Yang paling berat waktu mau ninggalin kantor. Awal mei akhirnya aku pamitan tuk pulang ke jogja. Kalo gak gt, kapan kuliah ku bisa kelar. Tadinya aku disuruh trus freelance disana ampe akhir mei karena masih ada 2 project lagi yang akan dilaksanakan, salah satunya bahkan acara besar di Bogor dan Bandung. Tapi akhirnya aku pergi juga, abis dapt honor dan bonus, aku pamitan. Berat bgt, ga enak sebenernya, karena mereka dah baik bgt ma aku, mau nerima orang yg cm punya ijasah sma ini. Semua file perusahaan yg aku pegang beserta rencana2 project n klien yang ku buat ku serhkan ke kantor. Bener2 pengalaman tak terlupakan. Dari kena macet, event2 yg menarik, nginep dikantor, lembur, bener2 pengalaman tak terlupakan di Jakarta. Terkadang aku kangen tuk kembali kesana dan kejebak kemacetan di jalan. Haha… Tuk skripsi ku nanti, aku juga ada kemungkinan tuk magang di t4 aku lakuin penelitian. Tapi semoga ga perlu gt, karena msh ada tanggungan kuliah lain. Semoga Allah memudahkan jalanku dan menunjukkan jalan terbaik buatku…. Amiinn.

Seminggu ini aku nonton beberapa film yang mengingatkan aku pada apa yang ku alami belakangan, aneh tapi apa itu kebetulan aku juga gat tau. Tapi orang bilang ga ada yang kebetulan di dunia ini, semua itu telah diatur oleh Tuhan. Hanya bagaimana kita merasakan proses tersebut. Film-film yang ku tonton seolah kilas balik dari apa yg kurasakan dan kualami selama setahun terakhir.

Ada yang tentang kesedihan, kesendirian, semangat yang besar, bangun dari keterpurukan, atau bahkan soal cinta yang kadang rumit dan aneh. Tapi yang menarik adalah tentang mengembalikan semangat berjuang…hohoho…. Kali ini aku ga akan nyebut filmnya tapi yang jelas bebrapa film itu membuatku menangis, salah satunya film animasi. Aku ga nyangka, film itu film animasi kedua yang bisa bikin aku nangis. Bener-bener ga nyangka, film yang waktu itu aku males bgt litany karena animasinya yg kurang apik, ternyata muatan ceritanya sangat kuat. Aku bener2 kesindir dengan film2 yang ku tonton belakangan ini.

Namun anehnya, air mata yang keluar ketika nonton film2 itu membuatku termotivasi untuk lebih semangat dan mengejar apa yang ingin ku raih ke depan, sangat berarti untuk orang seperti ku yang sedang kehilangan semangat. Bahkan aku menangis sambil tertawa tuk bebrapa adegan. Bahkan untuk soal cinta, anehnya kemaren aku nonton film2 bahkan acara di tv yang intinya tentang makna sebuah cinta…huuu ceileee….ngomongin cinta…bullshit bgt….Mengingatkanku supaya percaya, tentang sebuah kalimat “jika bukan ini, pasti akan ada yang lain”.

Terkadang aku merasa ekspresiku berlebihan tuk menonton sebuah film, itu juga salah satu alasan kenapa aku paling males diajak nonton ke bioskop tuk liat film drama taw film2 yang rumit dan berat ceritanya. Tapi salah seorang teman di masa lalu pernah bilang padaku, kalo mau nangis, nangis aja, jangan ditahan jika itu membuatmu lega. Tapi aku juga punya prinsip, jangan menangis depan orang lain yang mudah menangis, karena itu bisa membuatnya ikut menangis dan membuatnya sedih dan aku ga mau berbuat itu. Apapun yang terjadi padaku aku selalu berusaha tampak tabah dan kuat agar orang2 yang peduli padaku tidak khawatir atau sedih. Terkadang dengan suasana yang tepat dan waktu yang tepat, menangis sendirian sering ku alami. Terasa Cengeng ya kadang2, tapi terkadang itu ternyata dibutuhkan. Ya sewajarnya aja. Aku Anggap aja sebagai tamparan tuk hidup lebih baik lagi.

Trus ada juga film tentang seseorng perancang produk yang jatuh bgt, dipermalukan depan umum, merugikan perusahaan, diputusin pacarnya, bahkan ayahnya meninggal dalam waktu yang bersamaan. Aku liat proses dia bangun dr keterpurukan itu. Meskipun tentu saja karena itu film, ada factor wanita unik jg dalam andilnya membngun semangat itu. Lalu aku berpikir, selama ini selalu aj ada wanita yang membuatku termotivasi tuk lebih semangat, tapi aku kan ga bisa gt terus, belajarlah dari kesalahan masa lalu, cari hal tuk memotivasi tp jgn cm wanita. Ketika wanita itu pergi taw menjadi istri orang lain… Nah loe, ribetkan… Karenanya aku sedang mencari berbagai macem cara supaya lebih termotivasi tuk membuat cita-cita ku yang baru, membuat mimpi2 dan angan angan yang baru. Dengan factor taw hal-hal lain yang ada disekitarku… paling tidak semua hal yang ku lakuin dan ku rencanain sekarang, aku pengen lakuin buat orang tua dan keluargaku…..

Sebuah semangat kuat sedang sangat aku butuhkan ketika aku kehilangan motivasi2 ku tuk hidup ke depan. Terutama aku butuh bgt buat proses skripsiku. Bahkan pernyataan ketua jurusanku yang bernada menjatuhkan mentalku dengan teori2 IMC nya yang salah kaprah, tak membuatku menyerah tuk mengajukan judul penelitianku. Dan akhirnya pun disetujui dan tinggal mengurus adminstrasi birokrasi yang rumit. Ntah kebetulan itu sepertinya karena Allah sudah mengatur semua film2 yang ku tonton itu supaya membuatku lebih kuat , lebih bersemangat, dan lebih lebih lebih…. Thanks to God, Allah Swt for this week and for the word “jika bukan ini, pasti akan ada yang lain”….

Kemeja Vs. Kaos Berkerah

Kedua benda ini merupakan pakaian yang paling sering ku pake. Ga ada pemaknaan khusus atau alasan khusus kenapa aku sering pake baju jenis ini. Mungkin karena aku seorang laki-laki jadi kecenderungannya pake pakaian seperti itu, ya iya lah klo cewe ya makin banyak pilihan jenis pakaiannya. Malah bikin ribet….hohoho… Tapi lebih cenderung sebenernya karena kebiasaan yang diterapkan oleh orang tua ku, supaya anak-anaknya selalu berpakaian rapi dimana jika tidak ada di dalam rumah. Jadi persepsi apa pun nantinya dari orang lain ketika melihatku, paling tidak jika terlihat rapi, penampilanku ga akan terlalu mengganggu mata orang-orang sekitar. Maklum saja sebagai orang yang berparas pas-pasan , wajah dan perawakan ku kayaknya punya karakter yang kuat …hehehe….

Tapi jika mengatakan tentang persepsi, banyak cerita tantang kemeja dan kaos berkerah yang sering ku pakai. Pada minggu-minggu awal aku kuliah di UNS, aku masih mencoba beradaptasi dengan lingkungan dan teman-teman baru. Namun seperti biasa, aku masih suka memakai kemeja-kemaja Alisan taw Polo bergaris milikku dan juga kaos berkerah warna hitam atau putih yang biasa ku beli di Ramayana & Matahari untuk pergi ke kampus. Ya mau gmana lagi yang layak buat di pake ke kampus yang kayak gt, masa mau pake T shirt di awal-awal mulai kuliah di kampus baru. Di kampus lama aj aku berani pake T shirt cm di hari-hari tertentu, itu pun mulai tahun kedua kuliah di UGM.

Seperti biasa, awalnya aku pun berkenalan dengan orang-orang baru terutama yang dari Solo. Beberapa pertanyaan awal yang sering muncul waktu berkenalan dengan orang-orang tersebut adalh “Kamu dah kerja ya, dimana?” itu kalo pas aku make kemeja. Klo pas aku pake kaos berkerah, ga pernah muncul kalimat pertanyaan tersebut. Tapi lebih cenderung ke asli mana, teman- teman pergaulannya, tapi ada beberapa orang yang nanya lebih “wah” lagi waktu mau pulang ke arah parkiran kampus, “ Km bawa mobil ya?” atau “ Mobil mu di parkirin dmn?”. Kok bisa ya beberapa orang itu berpikir dan bertanya seperti itu, apakah sebuah kemeja dan kaos berkerah bisa memberikan pencitraan kuat tentang sebuah status ekonomi atau strata social di daerah Solo? Padahal dulu waktu kuliah di UGM ga pernah ada tu yang nanya hal-hal gituan.

Lalu, aku pun mencoba mengamati orang-orang di kampus UNS ini ya sembari mengenal UNS lebih jauh lagi dengan datang pagi-pagi atau siang gt ke kampus, skalian pergi ke perpustakaan atau sekedar duduk wi fi an di kampus sambil ngamati orang yang lalu lalang. Kemudian aku perhatian pula pakaian-pakaian dan dandanan orang-orang di kampus ini. Kesimpulan sementara yang kudapat / persepsiku yaitu sebagian mahasiswa sini lebih suka pake T shirt feat jumper (mungkin lagi trennya gt ya) atau kalo pake kemeja tu yang lengan pendek , itu pun yang warna polos, corak simple, atau corak yg menunjukkan jiwa muda. Atau kalo pake kemeja lengan panjang model yang kotak-kotak dari distro, atau corak lain dengan karakter jiwa muda. Meski ada pula beberapa orang yang bergaya pakaian sama denganku. Sedangkan yang biasa ku pake itu kemeja lengan panjang bergaris vertical dengan lengan ku gulung sampe siku. Dan ternyata orang-orang kantoran di Solo kebanyakan gt pakaiannya, meski bawahannya pake celana jeans, cap klo dah kerja pasti tetep nempel. Pantesan aja….

Padahal aku pake kemeja gt karena alasan kenyamanan dan fungsi ganda. Bisa di pake tuk urusan resmi atau pun tidak resmi jika di kombinasikan dengan pakaian lain atau celana jeans. Begitu pula tuk kaos berkerah aku pake karena nyaman buatku dan bisa ku pake tuk ke kampus, di rumah, bepergian ke luar jg trlihat lebih santai, dan juga semi resmi. Dulu waktu magang di agency Jakarta, orang-orang nya ke kantor lebih sering pakai kaos berkerah dari pada kemeja. Pake kemaja kalo ada meeting diluar aja. Mungkin karena bidangnya kali ya…

Nah waktu ku amati di parkiran tentang mahasiswa yang bawa mobil ternyata, mereka lebih cenderung pake kaos berkerah merk-merk ternama, atau yang terkesan rapi, pake sepatu, pake jam tangan bermerk ataupun arloji, dan warna kulit bersih, agak putih, ga terlalu wajah orang jawa juga, sesekali mereka juga pake kemeja lengen panjang bermerk di gulung pula ampe siku. Ya udah deh pantesan aja, ternyata aku lebih mirip dengan gaya pakaian mereka, dan juga secara fisik. Aku ga nyalahin persepsi “mereka”.

Aku suka pake kaos berkerah yang gampang di setrika dan terkesan rapi, kemeja lengen panjang digulung, aku suka pake arloji karena itu penting tuk mengingat waktu, ga perlu mahal2 yg penting keliatan cocok di tangan dan arlojinya idup, warna kulit dan postur tubuh ini juga anugerah Allah swt, namanya juga nurun dari orang tua, karakter wajahku jg ga terlalu mirip orang Jawa, malah lbh mirip orang Sumatera. Tp menurutku, kulitku ga terlalu putih, msh normal2 aja tuk ukuran cowo Indonesia. Dan juga resiko factor geografis karena tinggal di Lampung dan garis keturunan yang nanggung dari Jawa, Arab & Chinese mungkin jg. Akhirnya aku ngerti kenapa sampe bbrp orang itu nanya ke aku tentang bawa mobil taw ga. Emang penting yaa ke kampus naik apa? Tapi wajar bberapa orang yg nanya itu ke aku emang dari kalangan orang kadang bawa mobil ke kampus, ntah mobilnya siapa.

Aku pun anggap itu ya pelajaran, itu emang lingkungan di Solo. Sebuah kota dengan perputaran uang yang tinggi, bisnisnya, penduduknya cukup konsumtif, isu rasis yang bisa memicu masalah, masih ada istilah darah biru atau semacamnya, strata sosial yang secara tidak resmi itu ada. Buatku ga penting tentang status ekonomi, bawa mobil taw ga kampus apalagi…haish… Yang penting punya temen-temen yang baik dari kalangan manapun. Masalah status ekonomi keluargaku apa itu jg gak terlalu aku ambil pusing, ada yang nganggep dari keluarga berkecekupan ada yg anggep biasa aja. Buat ku, aku dari keluarga sederhana yang berusaha low profile ntah itu aslinya kaya taw miskin dan mencukupi kebutuhan primer & sekunder, klo tersier mah kapan-kapan aja deh.

Sangat disayangkan, kebanyakan orang di Solo ini sejauh yang ku alami , masih banyak yang berpersepsi sebuah status ekonomi dari pakaian nya. Terutama yang dari kelas menengah ke atas. Meski menurut ku wajar aja si, biasanya orang dr kelas kayak gt Ada yg nyari teman yg satu “kelas”. Jadi kalo pergi ke tempat yg nyaman atau mahal ada temennya dan bayar masing2. Tapi masih banyak juga orang2 yang ku kenal aslinya tajir mampus, tapi mereka tetep sederhana dan low profile. Dan ku harap semakin banyak yang seperti itu. Jadi kesenjangan social di masyarakat sedikit berkurang. Persepsi awal itu gpp, namanya juga karakter orang, asal jgn langsung menjudge orang ini seperti ini, orang itu seperti itu, seblm mengenalnya lebih baik lagi. “Don’t look the book from the cover” tapi harganya, hahahaha…isinya maksudku…

Persepsi itu sebaiknya tetep di simpan dalam hati dan tidak menjadi perbincangan atau bhn gossip, jgn diungkapkan secara blak-blakan jg karena bisa menyakitkan dan gak sopan lah. Bahkan ada yang liat dari mana dia berasal, aku pernah nyari kost tapi ditolak karena aku dr Sumatra bahkan dia kira aku orang Chinese karena ciri fisikku. Emang klo orang Sumatra kelakuannya buruk? emang Sumatra itu hutan semua jd ga ada yg ngajarin tata krama? emang di sumtra ga banyak apa orang Jawanya? 65% penduduk Lampung tu dr suku Jawa, termasuk aku. Aku aj gak yakin msh ada keturunan Chinese taw ga. Emang kenapa juga klo aku turunan Chinese? toh sama-sama manusia. Mau Chinese kek, Arab, Jawa, Betawi, Batak, Betawi, Sunda, asal kelakuannya baik secara manusiawi dan gak berlaku kehewanan, fine-fine aja menurutku. Tapi ya itu lah persepsi, dimana hati, mata, pikiran seseorang campur aduk disitu.

Masih mending dulu di jogja, klo ketemu bbrpa orang tua gt pasti nebaknya aku dari Semarang, ntah kenapa tp pasti bilangnya gt . Klo orangnya dah ngobrol aga lama ma aku trutama sama orang tua, mereka pasti nebak klo aku dari wilayah keresidenan R, karena bhs Jawa yg kupake emang penekanannya lebih mirip orang-orang dr keresidenan R. Lingkungan di kampungku kan kbayakan orang banyumas. Meski kadang logatku itu ga terlalu keliatan. Nah, persepsi positif dan pembuktian yang mendalam yang perlu dikembangkan di masyarakat kita. Ga usahlah kita menjudge seseorang dari persepsi awal kita dan akan trus berpersepsi seperti itu trus. Indonesia itu luas, masyarakatnya pun beragam, waspada itu sah-sah aja. Tapi kita harus tetap berpikir baik dan tidak berburuk sangka terhadap orang lain. Sulit memang untuk diterapkan, tapi kenapa ga dicoba. Skalian itung-itung buat menerapkan ajaran agama. Lets we think positif and keep low profile…..
maaf ga bermaksud menyinggung dan maaf jika ada kata-kata yang salah)