Setelah urusanku di daerah Nusa Dua selesai dan setelah mampir ke pantai daerah Ungasan, kemudian aku menuju hotel yang sudah aku booking sebelumnya di Pop Hotel Nusa Dua Bali. Pertimbangannya adalah karena gak terlalu jauh dari Nusa Dua dan juga kalo misal nanti sempat main ke pantai di Uluwatu atau ke GWK gak terlalu jauh (meski ternyata cukup jauh). Selain itu karena waktu browsing untuk booking hotel, harganya termasuk kompetitif dan view dari belakang hotel ini menghadap ke arah Tol Bali Mandara karena bangunannya cukup tinggi. Jadi sengaja pilih hotel ini, dan juga pesan kamar  dengan view kamar ke arah laut, meski agak jauh. 

Sampai di hotel sekitar jam 3 sore. Ada parkiran di lantai paling bawahnya. Kemudian aku menuju lobby hotel dan dapatin kuncinya. Aku pun diberi kamar sesuai permintaan di catatan booking onlinenya. Room standar, no smoking room, double bed, breakfast, dan dapat kamar di lantai 5 atau 6 kalo gak salah dan viewnya adalah tol bali mandara dari jauh. Dari kamar hotel yang menghadap ke laut ini, kita juga melihat pesawat yang barusan take off dari Bandara Ngurah Rai. Pop Hotel Nusa Dua ini lokasinya cukup strategis, tidak terlalu jauh dari exit tol Bali Mandara dan juga pinggir jalan utama dari Bandara Ngurah Rai ke Nusa Dua. Tidak terlalu jauh dari sini juga ada minimarket, pom bensin, atm, dan juga beberapa restoran fast food ternama. Di Bali ada beberapa 4 Pop Hotel group, namun menurut resepsionisnya yang paling besar adalah yang di Kuta dan Nusa Dua ini yang dikelola oleh Tauzia Hotel Management.       

Kamar di hotel ini ya standar Pop Hotel di Indonesia pada umumnya. Desain kamarnya modern, simple, minimalis, gak terlalu luas, namun colorfull. AC nya dingin, saluran tv kabelnya ada, jendelanya kecil, dan dengan kamar mandi cube-nya yang plug in dengan ruangannya. Aku agak kurang nyaman dengan kamar mandi hotel model begini, karena lantainya plastik, kurang kedap suara dan kurang kedap bau, dengan pintu gesernya yang lumayan berisik. Tapi kalo nginepnya sendirian gak masalah, tapi kalo misal rame-rame ma rombongan sekamar bertiga atau berdua yo bisa kira-kira situasinya kalo pagi pada ke kamar mandi. Padahal sebenarnya kamar tidurnya cukup nyaman. Ada juga tempat duduk multifungsi, yang bisa dijadikan meja, kursi, maupun extra bed jika diturunkan ke lantai. Makanya hotel macam ini cocok digunakan untuk rombongan yang jumlahnya banyak, namun budget terbatas. Yang penting siap dengan kamar mandinya yang kurang kedap suara dan kurang kedap bau, hehehe .. (if you know what I mean).

Abis mandi dan istirahat sebentar, sore harinya aku muter-muter di daerah gak jauh dari hotel buat ngapalin jalan, kalo-kalo nanti main ke Bali lagi sambil cari makan malam. Lalu malam harinya aku naik ke sky lounge hotel ini di lantai paling atas. Di lantai paling atas ini gak ada kamar tamu, adanya ruangan untuk staf dan juga gudang. Bar atau lounge hotel ini malah adanya di lobby hotel yang buka malam hari. Pemandangan dari atap hotel ini bener-bener bikin refresh. Kamera dan tripod pun sudah aku siapkan buat motret pemandangan dari atas sini. Sinar bulan waktu itu pun bikin suasana lebih nyaman. Ada tempat duduk juga untuk bersantai di lantai atas ini. Sayangnya di pojokan ada beberapa meja dan bathup rusak yang menggangu pemandangan disini. 

Besok paginya aku pun turun dan sarapan di lobby hotel. Menu sarapannya sangat sederhana, bahkan masih kalah dengan menu makanan kalo kita naik bus super executive rosalia indah Solo-Jakarta. Tapi ya namanya juga rate budget hotel. Selain view dari atas, salah satu hal yang paling aku suka dari hotel ini adalah ada penunjuk arah kiblat di kamar. Karena di beberapa hotel lain di Bali yang aku inapi tidak ada petunjuk arah kiblat solat. Aku cuma sehari nginep di hotel ini, sekitar jam 9 aku check out kemudan menuju ke daerah Tabanan dan kemudian sore harinya ke pantai Sanur dan menginap di hotel di pinggir pantai Sanur. Hotel ini cocok bagi rombongan dalam jumlah yang banyak, backpacker, maupun pasangan muda, yang pengen hotel budget dengan view oke dan kamar minimalis yang cukup nyaman di Bali. Itu aja si, semoga bermanfaat.   

Setelah dari pantai di area Ungasan, kemudian aku menuju salah satu pura yang ada di Pulau Bali, yaitu Pura Luhur Uluwatu. Pura uluwatu terletak di desa Pecatu, Badung. Akses transportasi ke pura ini sangat mudah karena petunjuk jalan yang cukup lengkap, kalo masih bingung tinggal buka google map. Karena aku barangkat dari pantai di Ungasan, jadi waktu tempuhnya sekitar hampir dua jam dengan sepeda motor. Rutenya lumayan asik buat kita touring dengan motor. Pertimbanganku kesini, karena namanya banyak ditulis di petunjuk lalu lintas di jalan yang aku lewati. Jadi penasaran aja pengen ke pura ini. Ya namanya juga liburan mendadak dan dinamis. 

Aku sampai Uluwatu di siang hari yang cukup panas. Menjelang pintu masuk pura ini akan ada portal penjaga dan juga untuk bayar parkir masuknya. Sampai parkiran, ternyata pengunjung cukup ramai, terutama wisatawan mancanegara yang datang bersama rombongan. Setelah parkir kemudian menuju loket penjualan tiket masuk pura. Tiket masuk untuk wisatawan domestik dewasa adalah Rp.20.000 per orang. Sedangkan jika ingin menonton pertunjukan tari kecak di pura ini pada sore hari adalah Rp.100.000 per orang. Aku sendiri memang bukan berniat nonton tari kecaknya di pulau ini, atau pun menikmati sunset, cuma sekedar pengen tau pura uluwatu. Karena sore harinya aku ada urusan di Nusa Dua. Jadi di pura ini hanya sampai jam 3 sore. 

Saat masuk kita diwajibkan memakai kain atau selendang khusus yang sudah disediakan di depan loket penjualan tiket. Kayak kalo kita mau masuk candi borobudur atau prambanan. Lalu aku mulai berjalan menuju arah pura, setelah memberikan tiket masuk kita ke petugas yang berjaga. Jadi sistemnya hanya ada satu pintu utama untuk masuk dan keluar. Di dalam area kompleks pura ini pepohonannya cukup rindang. Jadi cukup menyejukan ditambah hembusan angin lautnya, meski sinar matahari teras terik. Cukup banyak monyet di tempat ini, dan kadang ada suara-suara teriakannya yang khas, jadi pengunjung selalu diingatkan untuk hati-hati dengan barang bawaannya dan dilarang memberikan makanan pada monyet-monyet disini. Terdengar dari hampir setiap 30 menit, ada pengumuman dari pengeras suara tentang himbauan hati-hati terhadap monyet disini.

Pemandangan laut lepas dari pura ini cukup menyejukan mata dan juga katanya cukup indah pada sore hari karena lokasinya dipinggir tebing yang cukup tinggi. Meskipun ini adalah tempat wisata terkenal di Bali, namun tentu saja pura ini adalah tempat ibadah yang masih digunakan secara aktif, jadi pengunjung juga harus berlaku sopan di tempat ini dan juga menghormati warga yang kadang sedang ibadah. Yang paling aku suka ditempat ini adalah, tangga yang cukup tinggi menuju pura utama di uluwatu ini. Terasa cukup sejuk ditangga ini dan bagus buat selfie di tempat ini, dibandingkan lokasi lain yang ada di komplek ini. 

Tari kecak dengan pemandangan matahari terbenam adalah salah satu hal utama yang ditawarkan dari tempat wisata ini. Jadi sudah tersedia panggung untuk para wisatawan yang ingin melihat pertunjukan tari kecak pada sore hari. Karena cukup luas, jadi kaki lumayan pegel kalo mengelilingi kompeks pura uluwatu ini. Toilet ada di luar kompleks utama, di dalam kompleks utama sepertinya belum tersedia. Aku juga lihat ada beberapa pembangunan gedung baru di kompleks ini, hanya saja belum tau untuk apa. Karena sudah hampir jam 3 sore kemudian aku berjalan ke arah parkiran dan kemudian bergegas menuju ke Nusa Dua karena ada urusan dan kemudian check in di hotel daerah Nusa Dua. Semoga next time bisa kesini lagi untuk nonton tari kecak pas sunset. Itu aja si. Semoga bermanfaat.      

Setelah cek out dari Paras Paros Marina Lodge, kemudian aku menuju ke arah nusa dua dan planningnya mau ke GWK, tapi ternyata jalan ke arah sana cukup ramai, akhirnya aku putuskan belok ke daerah pesisir Ungasan, Badung untuk mengunjungi pantai Pandawa Bali. Mungkin kalo dari Bandara Ngurah Rai, waktu tempuh ke pantai ini sekitar 1 jam. Karena kemaren aku abis dari Pulau Serangan, jadi lebih dari Serangan. Petunjuk jalan ke pantai cukup mudah, jadi gak perlu takut kesasar. Kalo misalnya masih bingung tinggal cek di google map. Cuaca waktu itu cukup cerah, jadi mendukung kalo mau maen ke pantai dan melihat landscape disana. Begitu sampai dipintu masuk, bayar retribusi masuk dan sekaligus parkirnya, jadi gak perlu bayar parkir lagi. Padahal pantainya masih agak jauh dari gerbang masuknya. 

Setelah memasuki area menuju pantai akan terlihat pembangunan di kanan dan kiri jalan, terutama pembangunan hotel dan resort yang sepertinya nanti kalo dah jadi bakalan cukup mewah di bukit dan tebing pinggir jalan ini. Katanya dulu pantai ini dikalangan wisatawan asing sering disebut dengan nama Secret Beach. Karena letaknya dibalik bukit. Sedangkan warga lokal menyebutkan pantai Katuh. Namun karena minat wisata kesana cukup banyak, akhirnya pemerintah setempat membuat jalan dengan akses yang lebih mudah kesana dengan membelah bukit ke arah pantai ini, yang kini menjadi salah satu ciri khas sebelum kita memasuki bibir pantai Pandawa. 

Di bukit pantai ini kita akan menemukan patung pandawa yang cukup besar, dibuat dengan mengukir batuan di bukit ini. View dari tebing batu yang mengapit jalan masuk utama ke pantai pandawa ini cukup indah, apalagi angin laut yang bertiup cukup menyejukan meskipun sinar matahari terasa cukup menyengat di kulit sebenarnya. Karena baru beberapa minggu sebelumnya ada acara peringatan kemerdekaan Indonesia di pantai ini, maka ketika aku berkunjung masih ada bendera merah putih yang sangat panjang dan berukuran besar di pasang tebing pantai Pandawa. Dan di pinggir pantainya juga ada banyak bendera merah putih yang dipasang. Bahkan ada yang dipasang sehingga membentuk angka dirgahayu kemerdekaan Indonesia.

Di pantai Pandawa, waktu tempo hari kesana banyak komunitas motor dan mobil yang mengunjungi tempat ini, mungkin karena viewnya cukup bagus, dan tempat parkirnya cukup memadai untuk jumlah peserta yang banyak. Jika dibagian tebing pantai ini banyak wisatawan domestik yang berselfie atau hanya sekedar nongkrong menikmati suasana, maka beda lagi dengan di area utama pantai. Banyak wisatawan asing yang berjemur maupun sedang berenang di pantai ini. Ada juga yang belajar berselancar, meski hanya beberapa orang.

Fasilitas di pantai pandawa juga cukup lengkap, seperti toilet, tempat bilas, restoran, parkir yang luas dengan penjaga, dan lainnya. Tapi ya jangan berharap ada mushola ya (you know why). Banyak warung makan yang menjual nasi goreng, mie goreng, hidangan laut dan beberapa jenis makanan barat yang buka di pantai ini, jadi gak perlu takut bingung cari tempat makan. Jika aingin berjemur di pantai ini, warung makanan disini juga menyediakan kursi berjemur berserta payung yang dapat disewa. Ingin mencoba pijat refleksi? Di pantai ini juga aku lihat tersedia jasa pijat refleksi sambil memandang lautan. 

Ada juga wahana persewaan perahu Kano maupun yang paling menarik perhatian disini adalah atraksi paralayang atau paragliding di pantai pandawa bali. Dari atas tebing pantai ini banyak paraglider yang berlatih dan beraksi yang membuat pemandangan di pantai ini cukup unik. Pengunjung pantai juga bisa ikut berparalayang sendiri, namun harus yang sudah terlatih maupun yang memiliki lisensi. Jika belum, pengunjung tetap bisa berparalayang, namun akan terbang didampingi instruktur yang sudah terlatih, jadi lebih aman. Karena wahana ini cukup beresiko tinggi. Aku berada di pantai ini cukup lama, setelah lelah berkeliling dan liat-liat kemudian aku menuju pantai lain yang berada masih dalam satu garis pantai yaitu Green Bowl Beach Ungasan. Itu aja si, semoga bisa ke pantai ini lagi lain kali. Semoga bermanfaat.