Setelah berada beberapa hari di Lombok, aku rasa dah cukup liburan nya dan saat nya kembali ke rutinitas harian. Meskipun ada beberapa tempat yang belum sempat dikunjungi, namun prakiraan cuaca hujan deras pada siang hari atau pagi sudah mulai terlihat. Janji meeting urusan kerjaan pun sudah ada di minggu depan. Jadi saat nya kembali ke Jogja. Rencana perjalanannya tadinya pulangnya mau stay beberapa hari dulu di Bali. Tapi kondisi cuaca membuat agak ill feel dan pengen pulang rasanya. Setelah semua beres-beres pada malam harinya, besok harinya ketika bangun pagi disambut hujan lebat dan awet. Rencana tadinya mau nyebrang pelabuhan pagi-pagi pun gak jadi. Akhirnya tetep jalan sekitar jam 8.30 pagi gerimis ke arah pelabuhan Lembar. Sempet mampir sebentar di warung soto yang ternyata yang jualan orang Solo, jadi rasa sotonya mirip-mirip dengan rasa di pulau Jawa, hanya saja harganya beda jauh. Karena memang rata-rata harga makanan di Lombok sedikit lebih mahal dari pada di pulau Jawa maupun pulau Bali.
Abis makan soto, jalan lagi ke pelabuhan, malah hujan makin deras sampai pom bensin sebelum pelabuhan lembar. Kemudian setelah isi bensin, masuk ke pelabuhan lembar, beli tiketnya dan antri di tempat antrian motor karena belum ada kapal yang bersandar dari arah Bali, yang ada kapal ke arah Surabaya. Tidak ada pemeriksaan kendaraan maupun covid dari petugas yang berwenang. Setelah menunggu hampir satu jam, sekitar jam 11 siang akhirnya portal dibuka, dan para pengendara sepeda motor yang mau menyebrang di Bali satu persatu masuk ke dalam kapal ferry. Cuaca masih gerimis, dan kalau melihat langit yang makin gelap sepertinya hujan akan semakin deras. Sebenarnya ada kapal ferry langsung dari Lombok ke Banyuwangi dan sebaliknya, namun katanya waktu tempuh nya lebih sekitar 10-12 jam pada kondisi normal, dan bisa lebih jika cuaca agak buruk. Aku cuma gak terlalu nyaman berada di laut atau di udara terlalu lama, lebih enak yang menginjak daratan. Hehe …
Ada feeling gak enak sebelum naik ke kapal ini yang kemudian jadi kenyataan. Begitu naik ke dek kapal, ada beberapa petugas dengan seragam mirip dishub dan kepolisian yang memeriksa semua alat keselamatan kapal dan penumpang dan kelengkapan pelayaran. Seumur-umur aku nyebrang pake ferry, baru kali ini liat pemeriksaan cukup ketat ini. Aku kira cuma oknum, tapi begitu naik dek atas, aku liat para petugas ini juga memeriksa kapal satunya yang baru datang. Yang aku heran lagi, banyak orang ngamen di kapal ini. Jadi awalnya mereka duduk biasa, berpencar seperti penumpang, begitu petugas pengecekan turun dari kapal, mereka kemudian ngamen keliling kapal bareng-bareng sekitar 5-6 orang, yang 2 nyanyi yang lain nya cuma tepuk tangan dan mengumpulkan uang. Ada dua rombongan pengamen seperti ini.
Kemudian aku ngintip ke dek bawah, truk-truk dipasangi pengikat ke kapal. Wah, aku langsung berpikir, ooo mungkin karena rute Bali-Lombok memang ada ada rute yang arus atasnya cukup kuat terutama yang dekat perairan nusa penida dan sekitar 1 jam sebelum memasuki pelebahuan Lembar akan melewati wilayah yang arus dan ombaknya kuat seperti yang aku rasakan ketika perjalanan dari Bali ke Lombok sebelumnya. Tapi ternyata perjalanan kali ini ombaknya jauh lebih fantastis. Perjalanan dari Lombok ke Bali yang normalnya 4 jam, kali ini ditempuh selama sekitar 7 jam dengan cuaca yang cukup ekstrim. Setelah kapal bergerak sekitar satu jam, drama penyeberangan ini pun di mulai. Baru kali ini naik kapal ferri, ombaknya sampai di dek paling atas, semua orang panik, anak-anak pada nangis, banyak yang teriak ketakutan, bahkan ada yang sampe sholawatan bareng, kaca etalase di kapal ferry ada yang pecah, angin yang sangat kencang di luar, hujan deras, beberapa lampu kapal mati, dan hampir semua foto dan hiasan dinding kapal di dek penumpang berjatuhan, bahkan duduk pun kalau kaki kita tidak menahan atau tangan tidak berpegangan, akan langsung bergeser. Sekitar 4 jam harus merasakan jantung berdebar dan membayangkan scenario terburuk. Apalagi ketika melihat ABK yang biasanya ngobrol-ngobrol atau mancing, ada beberapa diantara mereka yang bolak balik ke dek bawah dengan wajah terlihat panik.
Semua orang disitu sepertinya sudah pasrah, bahkan orang yang disebelah ku bilang, tiap sebulan sekali bolak balik Bali-Lombok, selama 6 tahun tapi baru kali ini mengalami penyeberangan sampai seperti ini. Baru setelah sekitar 2 jam sebelum bersandar di pelabuhan padang bai, ombak mulai stabil meski masih hujan di luar namun kapal masih terasa cukup bergoyang. Kaki ku ini rasanya lemes banget karena merasakan pengalaman cuaca ekstrim ini. Feeling gak enak selama sebelum kapal ternyata memang gak bisa disepelakan. Setelah kapal bersandar, ada beberapa orang yang melakukan sujud syukur. Lalu aku pun turun ke dek bawah, ngeliat hampir semua sepeda motor ambruk, ada yang spion patah, body motor pecah, ada yang barang bawaan nya berjatuhan, ada 2 moge yang ambruk. Untung ada crash bar nya. Aku masih belum menemukan sepeda motorku karena ternyata posisinya dipindah oleh petugas kapal dan kapal dalam kondisi muatan penuh. Setelah coba cari-cari Akhirnya ketemu juga, Alhamdulillah gak ambruk, hanya saja motor basah karena cipratan ombak dari jendala kecil di dek bawah dan sangat lengket terkena air laut. Tapi motor yang berada di depan dan belakang motorku semua ambruk ke arah ban truk yang berada di samping kanan motor. Turun dari kapal ada pemeriksaan surat-surat kendaraan dan surat tes covid.
Dari pelabuhan padang bai kemudian aku melanjutkan perjalanan dengan kondisi masih syok dan laper, batre hp mau abis. Mampir ke minimarket untuk beli minuman dan snack sambil menenangkan diri sejenak. Lalu aku gas pol ke arah KFC Sanur untuk makan malam dan ngecas hp, serta sambil browsing-browsing cari penginepan yang tidak jauh dari situ. Rencana yang tadi nya abis bersandar di Padang Bai mau langsung ke pelabuhan Gilimanuk, tapi karena sampai KFC aja udah jam 9 malem, ya cari penginepan dulu setelah makan. Masuk hotel udah jam 10.20 malem, badan dah lengket dan capek karena syok nya itu mungkin. Pagi harinya di sambut gerimis, lalu kemudian cuaca agak cerah, sekitar jam 8.30 melanjutkan perjalanan ke Gilimanuk. Niat pengen muter-muter Bali dulu 1-2 hari gak jadi. Perjalanan ke Gilimanuk ini menempuh waktu sekitar 3 jam, gak banyak mampir, kecuali untuk beli tiket kapal ferri online dan makanan, karena dari kaca spion terlihat awan mendung hitam di belakang. Jadi harus bergegas sampai Gilimanuk.
Sampai Gilimanuk udah gerimis kecil, namun setelah naik kapal ferry cuaca agak cerah, dan penumpangnya sangat sedikit dan cuaca semakin terang sampai pelabuhan Ketapang. Di Banyuwangi aku mampir di tempat teman ku dan menginap di rumahnya. Besok paginya motor di cuci karena takut jadi berkarat karena terkena air laut sebelumnya dan terasa lengket di beberapa bagian. Lalu aku pun melanjutkan perjalanan ke arah Situbondo. Padahal tadinya pengen lewat Jember dan Lumajang lalu ke Malang, namun karena masih ada hujan abu di Lumajang karena ada aktifitas vulkanik aktif, jadi tetep ke Malang, tapi lewat jalur utara. Ketemu rombongan moge dari Bandung di jalan, kemudian ikut barengan di belakangnya sampai di Pasuruan. Sampai di perbatasan Situbondo - Pasuruan sekitar sore hari mulai hujan deras. Pakai jas hujan kemudian melanjutkan perjalanan, hujan ini terus berlangsung sampai malam hari. Sampe pusat kota Malang sekitar abis magrib. Istirahat sejenak kemudian kulineran malem deket hotel lalu tidur.