Wisata ke Bromo

Sunday, November 10, 2013


Februari yang lalu, untuk pertama kalinya aku ikut berlibur bersama rekan-rekan kantor tempatku bekerja. Karena tumben juga acara liburannya bukan acara liburan yang terlalu melelahkan fisik dan pikiran, oleh karena itu aku mau ikut. Aku lebih senang berlibur ke tempat yang menenangkan, bikin rileks, jauh berbeda dari rutinitas kerja harian dan tidak membuat fisik maupun pikiran lelah, kalo tetap bikin sangat lelah buat apa disebut liburan. Tempat liburannya yang dipilih adalah ke kawasan bromo dan jatim park 1 di Malang. Lagi pula moment seperti ini hanya di adakan setahun sekali. Kecuali divisi sales yang memang punya jatah liburan tiga bulan sekali dari kantor. Ya mungkin kami yang non sales dianggap tidak sepenting dan selelah sales kali ya. Ya itu lah namanya dunia kerja.

Kami menyewa bus pariwisata ukuran besar AC seat 2-2 tanpa toilet dengan kapasitas tempat duduk 40 an orang. Yang dipilih adalah dari bus pariwisata Blue Star yang sudah cukup punya nama dan letak garasinya yang relative masih dekat di kota sebelah, yaitu Salatiga. Aku lupa berapa tarifnya, yang jelas karena kami minta bus yang baru, jadi dikenakan biaya tambahan. Sudah all in untuk transportasi, jadi kami tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan diperjalanan. Kami berangkat jumat sore dan pulang hari minggu tengah malam agar tidak mengganggu jam kerja. Kami sangat bersyukur tidak menunda tanggal keberangkatan liburan kami karena terkesan terburu-buru. Karena tepat satu minggu setelah acara wisata ini, gunung kelud melutus, dan area bromo ini ditutup karena gunung bromo ikut aktif serta debu vulkanik kelud yang menutupi kota Solo. 


Yang ikut serta ada sekitar 38 orang dari 90-an orang karyawan,  karena yang lain tidak bisa ikut dan yang divisi sales gak boleh ikut karena mereka sudah punya jatah liburan tiap tiga bulan. Kami berangkat setelah solat magrib dan bus sudah standby dari jam 5 sore di halaman kantor. Tujuan pertama kami ke kawasan bromo terlebih dahulu. Dalam perjalanan ke Bromo, bus berhenti sekali di pom bensin untuk beristirahat selama 40 menit. Sekitar pukul 02.00 kami sudah sampai di kawasan batas akhir bus pariwisata boleh masuk, di sebuah terminal kecil yang dipenuhi bus pariwisata dan kendaraan roda 4 dari jenis JEEP maupun Toyota  Landcruiser (hardtop). Karena untuk ke kawasan bromo hanya diperbolehkan kendaraan 4 x4 milik penduduk lokal. Kecuali jika Anda penduduk lokal atau jika Anda membawa sendiri kendaraan 4 x 4 dengan ijin masuk kawasan bromo maupun motor cross dengan ijin pula yang mampu menelusuri area kawasan taman nasional bromo.

Kebetulan untuk konsumsi dan mobil 4 x 4, panitia sudah memesan jauh hari. Jadi sudah ada yang menunggu rombongan kami disana, jadi gak perlu repot lagi memilih kendaraan maupun nego tarif. Begitu turun dari bus banyak pedagang yang menawarkan sarung tangan, syal, maupun tutup kepala khas bromo dengan harga sekitar 10 ribu – 25 ribu. Pakaian yang tebal dan hangat memang sangat dibutuhkan jika memasuki kawasan bromo pada malam hari. Aku sendiri menggunakan dua jaket dan dua kaos masih terasa udara dinginnya. Lebih baik pula menggunakan sarung tangan dan sepatu yang nyaman untuk jalan kaki. Lumayan untuk menghangatkan tubuh, kecuali jika Anda memang terbiasa dengan udara dingin maupun terbiasa mendaki gunung. Setelah mempersiapkan diri selama 30 menit kami pun berangkat. Perjalanan dari kawasan terminal ke area bromo membutuhkan waktu hampir dua jam. Medan yang cukup sulit menjelaskan kenapa harus menggunakan kendaraan khusus untuk memasuki area tersebut. Apalagi karena ini kendaraan 4 x 4, jadi jangan harap akan senyaman sedan maupun family car.  

Tujuan pertama kami adalah kawasan bukit kecil yang biasa menjadi semacam gardu pandang agar bisa melihat matahari terbit. Kabut tebal dan embun menyertai perjalanan kami dan tentu saja masih gelap. Setelah sampai, kamipun turun dari kendaraan, dan kemudian jalan kaki mendaki bukit kecil dalam kegelapan sekitar 15 menit, untung aku bawa powerbank yang ada senternya jadi lumayan membantu berjalan di jalan setapak sempit yang basah karena abis ujan. Sampai di area, ternyata sudah cukup ramai. Ada penduduk lokal yang berjualan syal dan menyewakan jaket tebal. Mereka pun sambil bercerita bahwa nama bukit ini adalah bukit cinta. Aku pikir para pengunjungpun pasti dah tau arah penjelasan si bapak ini kemana.

Dan ternyata kami belum beruntung, kabut tebal masih menyertai sehingga sunrise tidak terlihat. Jadi mau foto dengan background sunrise maupun background kawasan perbukitan maupun gunung bromo pun kandas, hahaha, banyak penonton kecewa. Padahal kalo tujuan nya itu, lebih baik datang pagi menjelang siang, jika kabut tidak terlalu tebal atau pada bulan-bulan tertentu dimana bromo terlihat paling indah. Ya yang penting udah usaha, liburan gratis mau protes apa. Hahaha. Akhirnya yang kami lakukan di puncak bukit tersebut adalah solat subuh, karena sudah waktunya solat subuh, dan tidak ada masjid di kawasan tersebut. Rombongan kami pun bertayamum dan solat subuh di bukit tersebut. Ini adalah pengalaman pertama ku solat subuh di ruang terbuka, gelap, sangat dingin, beralaskan bumi, menggunakan pakaian lengkap dan alas kaki. Cukup unik dan menarik. Jamaah muslim dan muslimah lainpun banyak yang mengikuti solat berjamaah yang rombongan kami lakukan. Kami pun sekalian sarapan nasi kotak yang sudah disiapkan panitia disini, dan tidak lupa membuangnya ketika turun dari bukit, agar kebersihan tetap terjaga.


Sekitar pukul 05.30 kami pun turun dan kembali ke arah gunung bromo, kami kemudian berhenti di padang pasir disana dan berfoto dengan background kawasan sekitar taman nasional bromo ini. Ternyata banyak orang yang melakukannya. Lalu kami ke kawasan parkir umum menuju puncak bromo. Disana ada toilet umum dan orang yang jual makanan minuman dan souvenir. Selain itu ada juga yang menawarkan sewa kuda atau diantar naik kuda ke kawasan puncak bromo sebelum tangga dengan harga yang tergantung pada kemahiran Anda nego harga. Aku sendiri akhirnya jalan kaki ke kawasan puncak bromo. Sebenernya sih males mau naik ke puncaknya karena cukup ramai dan akan sangat melelahkan. Tapi akhirnya aku pun ikut naik dari pada bengong di bawah. Jalan kakinya lumayan jauh, padahal itu belum sampai ke anak tangga ke puncak bromo. Waktu naik sebelum tangga, mungkin ada sekitar 10 kali aku berhenti untuk beristirahat. Hahaha. Karena sampai puncak pun, gak ada hal yang menarik, hanya bau belerang. Pemandangan indah dan menariknya malah lebih bagus ketika sebelum anak tangga. Waktu turun jalan kakinya malah terasa lebih ringan, aku hanya beristirahat sekali sampai ke tempat parkiran kendaraan rombongan kami.

Sebaiknya jangan lupa untuk memakai masker, untuk berjaga-jaga. Karena kemaren abis ujan, jadi debu pasirnya tidak terlalu mangganggu, namun jika cuaca panas dan cerah debu pasir ini bisa cukup mengganggu, apalagi karena angin yg cukup kencang. Pemandangan yang cukup menghibur di area bromo ini adalah para pengunjungnya yang berdandan cantik-cantik dan ganteng bahkan tidak sedikit yang tampil fashionable. Yang datang sendirian, ada yang bawa tongsis buat bernarsis ria. Ada juga beberapa orang yang bawa kamera poket plus tripod standar 1,5 m yang kukira untuk ambil foto rombongannya, ternyata untuk bernarsis ria. Tentu saja ada rombongan fotografer baik amatir maupun profesional yang hunting dengan kamera mereka masing-masing. Dan ada pula pasangan-pasangan kekasih yang bernarsis ria dan bermesraan tanpa peduli orang sekitar. Rombongan kamipun kemudian berkumpul dan beristirahat di tenda makanan yang banyak tersedia di area berkumpul tersebut. Harganya masih relative cukup wajar untuk daerah kawasan wisata. Bisa menikmati minuman hangat maupun mie rebus atau mie goreng. Setelah rombongan berkumpul, kami pun kembali naik mobil 4 x 4 yang kami sewa kembali menuju ke tempat bus kami parkir, dan sekitar jam sembilan pagi kami berangkat menuju Malang, ke Jatim Park dan sampai disana sekitar pukul 12 siang.  Bersambung ...

Next : Wisata Ke Jatim Park 1

        

You Might Also Like

0 comments