Minggu lalu aku akhirnya mengunjungi juga pulau Bali setelah berkali-kali bikin rencana gak jadi. Akhirnya kesana mendadak tanpa banyak rencana yang detil berangkat sendiri backpackeran ke Bali. Dan salah satu tujuan utama ku adalah menikmati senja dan mentari pagi di Pulau Serangan Bali dan salah satu titik lokasi terbaik di pulau Serangan untuk kedua hal ini adalah di Paras Paros Marina Lodge Bali. Setelah tahun lalu gak sengaja liat foto sunrise di pulau Serangan dari salah satu fotografer bali di internet dan juga search tentang penginapan di Pulau Serangan maka penginapan ini adalah salah satu yang paling di rekomendasikan saat ini. Jadi begitu ada kesempatan, aku pun sengaja untuk menginap disini. Aku sendiri lebih suka menyebut tempat ini penginapan, bukan hotel maupun resort. Karena memang tempatnya santai dan casual banget, gak terlalu luas, jumlah kamarnya pun hampir sama dengan kost an ku jaman masih kuliah. 

Untuk menuju tempat ini cukup mudah sebenarnya, tinggal ikuti google map maka akan mudah. Yang penting sampai Pulau Serangan dulu. Hanya saja kemaren itu adalah pertama kali aku ke Bali, jadi masih bener-bener belum tau seperti apa jalanan disana. Jadi begitu landing di Bandara Ngurah Rai, sambil nunggu motor yang aku sewa diantar, aku mapping dulu jalan kesana dan mana aja yang harus dilewati. Ada dua opsi sebenarnya kalo mau ke Paras Paros dari Bandara Ngurah Rai, lewat jalan lingkar atau baypass atau lewat jalan tol Bali Mandara. Namun karena aku masih pertama ke Bali, jadi sengaja cari jalan yang rame dulu sambil nyasar-nyasar dikit biar inget jalannya, gak terlalu mikir untuk lewat jalan tol yang lebih cepat.  

Aku landing di Bandara Ngurah Rai sekitar jam 3 sore dan nunggu motor sewaan sekitar 1 jam. Sampai di Paras Paros sekitar jam 16.30 WITA lalu check in dan minta kamar yang di lantai 3. Parkir depannya tidak terlalu luas, jalan depan hotel pun cukup sempit namun sudah diaspal dan langsung pinggir laut. Aku booking kamar standar di penginapan ini lewat booking online sehari sebelumnya, ya namanya juga mendadak. Karena waktu coba booking by phone, ternyata rate kamarnya standarnya jauh lebih mahal dari yang tercantum di online. Harga normal kamar standarnya untuk satu malam di hari biasa, bisa dapat kamar standar di hotel bintang 4 di Semarang atau Jogja. 

Kamar standarnya pun biasa saja, sangat simple dan tidak terlalu luas, apalagi kamar mandinya. Sudah ada AC, saluran tv kabel standar, namun tidak ada pemanas air minum. Tapi kamarnya sangat bersih dan cukup wangi. Mirip sekali dengan salah satu hostel di Jogja yang pernah aku inapi, namun harganya tidak ada seperempatnya untuk semalam dibandingkan di Paras Paros. Kamarnya pun kurang kedap suara, jadi suara yang naik turun tangga dari bangunan dengan 3 lantai ini terkadang cukup terdengar. Penginapan ini dekat dengan restaurant sea food dan juga semacam penangkaran penyu yang berada di Pulau Serangan ini.  

Untuk kamar di lantai satu pemandangannya adalah kolam renang kecil dan ruangan santai dan ruangan makan di Paras Paros Marina Lodge ini. Jadi memilih kamar di lantai 2 dan 3 di penginapan ini menurutku adalah opsi paling tepat, karena pemandangan sunrisenya di pagi hari cukup menarik. Karena kemaren belum weekend, jadi tamu yang menginap di penginapan ini tidak terlalu banyak, hanya beberapa kamar yang terisi. Tentu saja alasan kenapa orang datang ke tempat ini adalah suasana dan pemandangan dari atap penginapan ini yang bisa dibilang gak di semua tempat bisa kita dapat. Dari sini kita bisa menikmati pemandangan matahari terbenam pada sore hari, dan juga pemandangan matahari terbit pada pagi hari dengan angin laut yang segar dan jauh dari kebisingan kota plus pemandangan perahu dan kapal yang bertebaran. 

Untuk menikmati pemandangan dari atap Paras Paros Marina Lodge tidak harus menginap disini, tapi bisa juga hanya sekedar nongkrong atau bersantai juga bisa di restaurant yang santai ini. Hanya saja untuk pemandangan paginya tidak bisa, karena restoran belum buka. Namun dari siang hingga malam hari, restaurannya dibuka untuk umum dengan menu ala-ala di kafe. Waktu itu sempat bertanya kepada resepsionisnya, apakah makanan dan minuman yang mereka sajikan halal? Mereka menjawab bahwa mereka tidak tau standar makanan halal itu seperti apa. Yang mereka sajikan menu makanan pada umumnya di daerah Bali. Tapi disini aku suka kejujuran mereka yang mengatakan yang sebenarnya dibandingkan mereka berbohong. Namun, seandainya mereka tau, pasti pelayanan yang baik bisa ditingkatkan lebih baik lagi. 

Aku check out sekitar jam 10 pagi kemudian bersiap menuju daerah Nusa Dua. Kalo ditanya bakal balik lagi ke penginapan ini atau gak, maka aku akan bilang mau balik lagi kesini walaupun cuma nongkrong di lounge nya. Pemandangan disini bukan pemandangan yang bisa didapat dengan mudah di tempat lain di Indonesia. Semoga bisa balik lagi kesini. Itu aja, semoga bermanfaat. 

               

Setelah mengunjungi Curug Gamelan di Lebak, Kabupaten Semarang, kami pun kemudian langsung menuju kabupaten Jepara. Ya namanya juga iseng dadakan, jadi ya gak banyak persiapan. Cuma sekedar browsing tempat mana dulu yang akan dikunjungi. Targetnya yang penting sampe Jepara dulu, dan kalo sempet liat sunset dari pantai terdekat di Jepara sore harinya. Karena jujur saja, ini pertama kalinya kami main ke daerah Jepara. Cuma modal google map dan petunjuk jalan kami berkendara menuju daerah Jepara. Kenapa Jepara? Karena beberapa minggu sebelumnya abis 21 April atau peringatan hari Kartini, jadi iseng aja, pengen tau Jepara itu kayak apa. 

Aku dan sepupuku sampai  di Jepara sekitar jam 4 sore, kemudian berhenti sebentar dan browsing di internet, pantai yang cocok untuk hunting foto sunset tanpa harus menyeberang ke Karimun Jawa. Karena kalo kita browsing tempat wisata di Jepara, biasanya yang keluar di hasil pencarian Google malah kebanyakan area di Kepulauan Karimun Jawa. Tapi wajar si, karena salah satu akses utama ke Karimun Jawa lewat pelabuhan di Jepara. Setelah itu kami putuskan untuk menuju ke pantai Kartini Jepara karena katanya itu salah satu pantai yang tepat untuk menikmati matahari terbenam dan katanya akses jalannya mudah. Dan ternyata benar, karena petunjuk arah ke pantai kartini sangat mudah dari mulai masuk ke kota Jepara sampai di gerbang pintu masuk pantai kartini yang ternyata tidak terlalu jauh dari pusat kota. 

Kami sampai di pantai kartini sekitar jam 16.40 dan agak gak nyangka karena area sekitar pantainya dan di area pantai masih cukup ramai. Banyak muda mudi nongkrong dan komintas otomotif local yang berkumpul dan nongkrong di jalan dekat pintu masuk ke pantai kartini. Setelah itu kita melihat dua gerbang kanan dan kiri menuju pantai ini, yang satu tidak dijaga dan yang satu lagi dijaga dan ada petugas retribusinya. Kami tentu saja coba masuk yang gratis dan ternyata yang kiri ini adalah gerbang ke pelabuhan atau dermaga pantai kartini yang merupakan dermaga penyeberangan utama ke Karimun Jawa dari Jepara dan juga ke Pulau Panjang Jepara. Sampai sana banyak kapal tentu saja, kendaraan yang parkir inap, dan tentu saja dan warga lokal yang masih ramai nongkrong sambil menikmati udara pantai dan pemandangan matahari terbenam yang cukup indah waktu itu. 

Kawasan pantai kartini dan pelabuhan atau dermaga kartini hanya dipisahkan oleh pagar pembatas. Yang ingin masuk ke kawasan pantai kartini harus masuk melewati gerbang retribusi resmi dan membayar tiket masuk. Kami pun kemudian ke arah pintu masuk pantai kartini dan membayar tiket masuk yang masih terbilang cukup murah. Sempet tanya petugasnya, kenapa pantainya namanya pantai kartini, katanya selain pahlawan nasional, mendiang R.A. Kartini dulu dan keluarganya sering main ke pantai ini. Oleh karena itu diberi nama pantai kartini. Lalu kami bergegas ke area dimana ada semacam gazebo dan jembatan yang terletak di sebelah bangunan berbentuk kura-kura raksasa di pantai ini. Lalu kami duduk dan menikmati pemandangan matahari terbenam sampai garis horizon sambil beristirahat karena lelah berkendara.

Kami berada di pantai ini sampai jam 7 malam setelah dapat beberapa foto. Ombak di pantai ini cukup tenang jadi masih cukup aman buat berenang sampai pada garis pembatas yang telah ditentukan. Tapi tetap harus hati-hati dan waspada. Tadinya pengen masuk ke bangunan Kura-Kura Ocean Park, tapi ya dah tutup karena kesorean bahkan kemalaman. Tapi kayanya si isinya kayaknya akuarium dan juga pengetehuan seputar satwa laut dan juga ekosistemnya. Selain Kura-Kura Ocean Park, kawasan pantai ini juga dilengkapi dengan berbagai wahana bermain dan edukasi anak dan juga fasilitas pendukung yang lain untuk menarik kedatangan pengunjung ke pantai ini. Penginapan juga banyak terdapat di pantai ini. Terutama bagi mereka yang pagi harinya akan menyebrang ke Karimun Jawa maupun yang memang ingin bermalam sambil berlibur di pantai ini. Tadinya kami mau menginap di hotel di pantai ini, namun liat beberapa tempatnya kurang cozy. Lagi pula pengen liat daerah kota nya. Setelah dari pantai ini kemudian kami berkendara ke arah pusat kota Jepara, cari makan dan coba cari hotel yang cukup ramah di kantong namun tetap nyaman. Itu aja si, semoga kapan-kapan bisa ke Jepara lagi untuk explore tempat yang lain. Semoga bermanfaat.      

       

Weekend yang lalu tiba-tiba sepupuku berkunjung ke rumah pada malam hari karena katanya lagi bosen di kost an di Jogja. Lalu aku ajak ngobrol dan nongkrong di salah satu milk cafe di Salatiga sambil merencanakan mau pergi kemana esok harinya. Karena minggu dan senin libur, jadi coba cari tempat untuk tujuan jalan-jalan yang masih sekitaran Salatiga. Akhirnya kami putuskan untuk menuju curug lebak di Bringin, kabupaten Semarang karena cuaca beberapa terakhir sedang cukup panas jadi kami pikir enak juga kayaknya kalo ke air terjun dan liat gambarnya di instagram dan internet kayaknya lumayan. Meski belum banyak yang mengulas maupun petunjuk arah ke air terjun ini.  

Besok paginya, setelah sarapan pagi kemudian kami menuju ke arah kecamatan Bringin. Petunjuk arahnya cukup jelas ke arah Bringin kalo dari kota Salatiga. Kalo dari google map si lokasinya gak terlalu jauh dari tempat tinggalku di Salatiga, waktu tempuhnya sekitar 30 menit. Cuma modal pake google map yang ternyata meleset dan tanya-tanya warga sekitar akhirnya sampai juga setelah sempat kesasar gara-gara ngikutin google map yang ternyata kurang akurat setelah pasar Bringin. Petunjuk jalan ke air terjun ini belum terlalu banyak, tapi begitu sampai di desa Lebak akan ada beberapa petunjuk arah dan spanduk ke lokasi ini. Meski kami sempat bingung karena ternyata curug lebak, curug gamelan, dan curug grujugan ternyata adalah tampat yang sama. Masih kurang paham kenapa yang ngasih nama belum sepakat kayaknya. Hahaha.

Begitu mulai mendekati area air terjun akan ada banner MMT besar ucapan selamat datang dan gambar penunjuk ke pintu masuk curug lebak atau curug gamelan ini. Dari sini, jalan semakin sempit untuk kendaraan roda dua. Untuk kendaraan roda empat tetap lurus sampai dekat curug gamelan ini. Sampai sana sudah banyak motor yang parkir sebelah masjid dan rumah warga. Namun sudah ada yang menjaga dan mengelola. Sedangkan untuk parkir mobil masih agak jauh karena jalan menuju pintu masuk air terjun masih sempit dan harus melewati rumah warga. Untuk masuk area ini masih gratis, cukup bayar parkir di kotak yang disediakan, bukan ke anak-anak muda yang jaga parkiran. Kalo pun bayar ke mereka nanti dimasukan ke kotak tersebut. Kemudian kami turun mengikuti jalan setapak yang menurun dan sedang ada pembuatan jalan setapak baru dan tangga-tangga yang sedang dibuat.

Sampai ke area utama, ternyata curug lebak ini adalah bagian dari aliran sungai yang mengalir di desa Lebak, Semarang ini, namun ada bagian tanah yang turun disertai batuan-batuan besar dan ada cekungan yang menampung aliran air sehingga terlihat seperti air terjun, namun memang cukup tinggi. Namun aku sendiri tidak tau apakah proses terbentuknya tempat ini alami atau sudah mengalami banyak campur tangan manusia, yang penting aku cukup enjoy. Banyak anak-anak kecil berenang di bagian cekungan kecil di sungai yang mengalir ini. Sedangkan rata-rata pengunjung lain banyak berfoto di tempat ini. Sudah ada beberapa warung yang buka di pinggir sungai ini. Namun ketika aliran air sedang sangat kuat, pengunjung dilarang berenang disini. 

Kebetulan ketika kemaren berkunjung ke curug gamelan ini aliran airnya tidak terlalu deras. Namun ketika ambil foto dan melompat di antara bebatuan di tempat ini harus hati-hati karena ada juga batu yang sangat licin. Kemaren sempat melihat pengunjung yang asik berfoto namun kurang hati-hati sehingga kakinya terpeleset diantara batu di curug ini. Ada luka memar di tangan dan kakinya. Tapi untungnya lukanya tidak terlalu serius. Kami sendiri berada di air terjun ini cuma ngobrol-ngobrol sambil menikmati suasana dan mengambil beberapa foto sekitar hamper dua jam. Lalu dari sini kemudian kami iseng dan merencanakan lanjut perjalanan ke Jepara dan menginap disana. Itu aja si cerita seputar berkunjung curug gamelan atau curug lebak, di kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang ini. Semoga bermanfaat. 

Pantai Tawang adalah satu pantai di wilayah Pacitan, Jawa Timur. Pantai ini bisa ditempuh dari kota Pacitan dengan cukup mudah dengan akses jalan yang sudah cukup memadai dengan waktu tempuh sekitar hampir 1 jam.  Aku dan sepupuku juga pekan lalu juga berunjung sebentar ke pantai tawang ini. Setelah check out dari hotel, lalu mengunjungi Pantai Pidakan dan Pantai Soge Pacitan, kami kemudian berkendara ke arah timur menelusuri jalan lintas Selatan Jawa dari Pacitan ke Trenggalek. Pantai ini terletak setelah pantai Soge dari arah Pacitan dan sudah sangat dekat dengan perbatasan Pacitan – Trenggalek. 

Palang selamat datang ke pantai Tawang akan mulai terlihat beberapa kilometer setelah pantai Soge. Kami sampai di area tersebut sekitar jam 12 siang. Dan ternyata pantai ini adalah tempat pelelangan ikan dilihat tulisan pada palang pintu masuk tersebut. Kami pun kemudian belok dan masuk ke area tersebut lalu dengan akses jalan aspal yang mulai rusak. Ada loket retribusi masuk, tapi gak ada penjaganya jadi kami masuk terus sampai ke bibir pantai dengan pasir berwarna cukup putih meski sedikit ada bau amis di sekitar pantai ini. Gak ada tukang  parkir maupun wisatawan lain disini waktu itu. Hanya terlihat warung-warung yang tutup dan beberapa warung ikan yang masih buka dan orang-orang yang lagi duduk di dekat stasiun pengisian bahan bakar perahu-perahu di pantai ini.  

Kemudian kami bertanya kepada seseorang yang ternyata salah satu nelayan disitu. Katanya pantai ini baru terlihat agak ramai ketika event-event khusus dan juga pada pagi hari dan malam hari akan terlihat nelayan yang berangkat mencari ikan atau yang baru pulang. Kalau mau berenang di pantai ini bisa berjalan menyusuri bagian kiri pantai ini dimana tak ada perahu disana. Karena pantai ini dipenuhi oleh perahu yang jumlahnya ratusan. Ombak di pantai ini juga tak terlalu kuat seperti pantai lain di Pacitan. 

Meskipun perahu di pantai ini jumlahnya ratusan, namun banyak diantaranya yang berbaris dengan rapi dalam seutas tali yang kuat dan panjang yang sepertinya memang sengaja dibuat seperti ini agar terlihat lebih rapid an fotogenic. Tidak semua perahu di pantai ini dioperasikan nelayan,memang ada yang fungsinya ada untuk pajangan semata. Karena perahu-perahu ini kebanyakan adalah perahu bantuan dari pemerintah. Keindahan pantai ini akan semakin terlihat ketika kita menelusuri jalan mendaki si sebelah kanan pantai ini yang bisa diakses dengan kendaraan roda 2 maupun roda 4. Meskipun bisa diakses kendaraan, harus sangat hati-hati karena kondisi jalannya kurang baik dan menanjak dipinggiran tebing. Namun begitu sampai di atas pemandangannya sungguh menarik. Deretan perahu di pantai Tawang terlihat sangat menarik dan perbukitan di sekitar pantai ini pun menambah keindahannya. 

Baru kali ini aku datang ke pantai melihat perahu nelayan yang dibuat berbaris dengan cara seperti di pantai ini. Aku pun kemudian banyak berfoto dari lokasi ini dengan latar pemandangan barisan perahu dan perbukitan di pantai ini. Jujur saja, awalnya kami gak ada rencana ke pantai ini. Tadinya cuma mau melihat satu persatu pantai sepanjang jalan lintas selatan di Pacitan ini yang ternyata cukup banyak. Tapi malah berkunjung ke tempat yang unik ini. Sekitar jam 1 siang kami meninggalkan area pantai tawang ini karena cuaca semakin panas dan perut mulai lapar kami kemudian kembali ke kota Pacitan. Kemudian melanjutkan perjalanan ke kota Jogjakarta melalui jalan lintas Selatan Wonogiri karena aku ada acara pertemuan di Jogja esok harinya. Itu aja si, semoga bermanfaat.