Mengunjungi Kota Zhuhai China

Wednesday, December 30, 2015

Beberapa waktu yang lalu untuk urusan pekerjaan, aku berkesempatan untuk mengunjungi salah satu wilayah di daratan China yaitu Zhuhai. Aku berkunjung bersama seorang rekan kerjaku di kantor. Zhuhai itu semacam kota setingkat kabupatan yang termasuk dalam wilayah provinsi Guangdong, China. Zhuhai berbatasan dengan Jiangmen di barat laut, Zhongsan di utara, dan Macau di selatan. Wilayahnya terbagi menjadi beberapa distrik yang saya sendiri kurang tau dan kata kenalan kami di sana penduduknya sekarang sekitar 3 juta an orang. Perbedaan waktu Zhuhai dengan Jakarta adalah 1 jam. (GMT : +8 jam). 



Untuk menuju Zhuhai dari Indonesia ada beberapa cara mudah. Yang paling mudah  yaitu naik pesawat langsung dari Jakarta – Macau kemudian naik bis ke perbatasan Macau - Zhuhai atau bisa juga pesawat langsung Jakarta-Hongkong kemudian naik kapal ferry ke Zhuhai. Lama penerbangan langsungnya sekitar 4- 5 jam, tambah kalo naik bis sekitar 1 jam, atau kalo naik ferry lewat HKIA (Hongkong International Airport ) juga 1 jam. Tapi bisa juga naik pesawat langsung Jakarta-Shanghai kemudian pesawat Shanghai-Zhuhai. Atau untuk budget yang lebih hemat bisa juga lewat Jakarta-Kuala Lumpur, Jakarta-Singapore, atau Jakarta-Bandar Seri Begawan, kemudian cari pesawat ke Hongkong atau Macau dari masing-masing kota tersebut. Hanya saja perjalannnya akan lebih lama dan lebih menguras tenaga.

Aku sendiri dapat penerbangan yang hemat tentunya, Air Asia. hahaha. Dari Solo - Jakarta - Kuala Lumpur - Hongkong - Zhuhai. Perjalanan cukup melelahkan, apalagi ditambah yang pesen tiket kurang teliti waktu pemesanan. Sehingga harus mampir Jakarta dulu. Padahal seharusnya bisa langsung Solo-Kuala Lumpur-Hongkong. Bahkan salah pesen tiket Solo-Jakarta yang harusnya turun di Soekarno-Hatta malah turun di Halim Perdana Kusuma. Padahal penerbangan Jakarta-KL nya dari Bandara Soekarno Hatta."Wah, bener-bener di suruh jalan-jalan bener ini namanya". Reaksiku waktu dapet tiketnya. Tapi ya namanya juga terima beres, ya udah gapapa malah jadi pengalaman, solusinya ya naik taksi dari Halim Perdanakusuma ke Cengkareng dan nginep di Hotel deket Bandara yang udah dibooking sebelum berangkat dari Solo. Dari Jakarta-Zhuhai, total waktu perjalanan yang kami tempuh sekitar 12 jam. Berangkat jam 9 pagi, sampe hotel di Zhuhai jam 9 malem. 



Baru kali ini aku traveling ngerasain yang namanya perjalanan darat, udara, laut. Gimana gak, dari naik shuttle bus hotel-bandara, pesawat terbang KL dan HKIA, kereta subway HKIA ke Ferry Terminal HKIA, kapal ferry cepat ke Zhuhai Port di China Mainland, lalu naik taksi dari pelabuhan Zhuhai ke Hotel di Jida District. Selama satu minggu di Zhuhai, gak banyak tempat rekreasi yang kami kunjungi karena jadwal pekerjaan kami yang memang cukup padat selama disana. Mungkin hanya malam hari dan satu hari dimana kami bisa benar-benar leluasa, hanya saja cuma digunakan untuk istirahat dan belanja. Apesnya kota ini pada malam hari hanya ramai sampai jam 9-10 malam. Bahkan jam 20.30 restoran sudah mulai pada tutup. Setelah itu suasana kota sudah sangat sepi, kecuali pada sabtu malam. Bahkan, pelabuhan penumpang Zhuhai tutup jam 9 malem, dan baru buka jam 9 pagi. Masih ramean Jogja malah keliatannya. Namun, saat ini sedang dilakukan proses pembangunan jembatan yang akan menghubungkan Hongkong dan Zhuhai, yang katanya akan menjadi salah satu jembatan terpanjang di dunia. Jadi transportasi darat dari Hongkong ke Zhuhai maupun sebaliknya akan lebih mudah dan cepat.




Yang paling aku ingat dari kota ini adalah rapi, bersih, dan sejuk. Mungkin karena waktu kesana jelang musim semi. Banyak gedung tinggi disana dan hampir semua orang tinggal di apartemen atau rumah susun, Aku hampir gak nemuin rumah satu lantai di atas tanah disana. Kecuali di beberapa area perumahan mewah. Aku juga gak nemu banyak rumah ibadah di kota ini, meskipun katanya ada masjid dan gereja tapi entah disebelah mana. Kuil dan kelentengpun disini sangat sedikit. Meskipun katanya kuilnya lebih sering dijadikan tempat wisata. Kata seorang kenalan yang asli penduduk Zhuhai, kehidupan religius di kota ini memang tidak terlalu aktif kecuali pada hari-hari tertentu karena semua orang sibuk bekerja. 




Tiap bagian kota Zhuhai sudah terbagi area sesuai dengan kegiatan ekonominya misalnya area penjualan mobil. Di area tersebut semua dealer mobil dan bengkel resmi jadi satu di area tersebut. Yang dealer truk berjejer dengan dealer truk, dealer mobil pribadi berjejer dengan dealer mobil pribadi merek lainnya. Kemudian area untuk counter hp dan nomor perdana serta servisnya juga ada di satu area yang isinya semua orang jualan barang yang jenisnya sama. Hal itu juga berlaku untuk area industri. Misalnya area industri produk AC misalnya, berarti di area tersebut isinya pabrik perakitan AC dan pabrik spare part AC-nya. Meskipun ada pula yang tidak. Namun pemerintah setempat katanya mulai mengatur seperti itu untuk jenis kegiatan ekonomi selama masih memungkinkan.

Di China Daratan atau China Mainland, akses internet tidak seleluasa di Indonesia. Banyak sekali produk sosial media dan website yang diblokir oleh pemerintah China. Misalnya hampir semua jenis produk internet google, youtube, facebook, twitter, dan semacamnya. Jadi kalo pake android gak bisa buka google playstore. Tapi yang dibuka playstore bawaan handphone. Tapi kalo aplikasi chatting masih banyak yang bisa dipake. Tapi entah kenapa Path dan Swarm gak diblokir. Meskipun banyak website maupun sosial media yang diblokir, pemerintah China jadi lebih mengutamakan agar warganya menggunakan aplikasi buatan negerinya sendiri, Misalnya menggunakan baidu untuk search enginenya, maupun yang lain serta masih ada weibo dan youku sebagai pengganti youtube.  



Di Zhuhai, orang mulai aktif bekerja dan beraktifitas sekitar jam 8 pagi. Sehingga kalau bangun jam 6 belum terlalu banyak orang di luar. Mungkin hanya petugas kebersihan jalan, yang kerjanya emang harus pagi-pagi, dan orang yang pergi jogging di taman dan pinggir jalan. Dan di area perkantoran pemerintahan kalau pagi akan terdengar lagu kebangsaan yang disiarkan oleh speaker yang tinggi ke berbagai arah sudut kota. Di pinggir kota atau di area pusat perkantoran dan industri akan sedikit lebih ramai lancar dan agak macet lalu lintasnya. Di setiap sudut kota ada CCTV yang dipasang dengan sistem terpusat untuk mengatur lalu lintas dan menjaga keamanan. Mungkin kalo di Indonesia CCTVnya udah dilemparin batu, dicoret pilox atau mungkin dimaling. Petugas lalu lintas dan keamanan rutin berpatroli dan di beberapa pusat kemacetan baru ada polisinya di pos polisi lalu lintas. Yang menarik ketika aku sedang berkendara di jalan keluar dari tol pinggir kota Zhuhai-Zhongsan, pas perempatan lampu merah ada polisi lalu lintas yang membawa kamera DSLR dengan lensa tele 70-200 mm yang memotret tiap mobil yang nerobos lampu merah padahal sebenernya udah ada CCTV dan speed trap camera di tiap perempatan jalan. Mungkin dia hobby fotografi, eh. :p 



Di kota ini warganya sangat menghargai angkutan umum. Meskipun angkutan umumnya tidak terlalu mewah namun bersih dan terawat. Bahkan jika kita duduk di pinggir jalan, pakaian kita tidak akan bau asap kendaraan seperti di Indonesia. Meskipun terkadang kendaraan umumnya sudah agak tua namun masih sangat terawat dan tidak berasap knalpotnya. Tidak perlu halte bus nya ditinggikan, karena setiap orang sudah naik bus dan turun bus pada tempatnya. Gak ada orang yang nunggu bus di perempatan lampu merah atau dipertigaan kayak di Indonesia. Di dalam setiap bus disini sudah ada CCTV dan semua ber AC. Gak ada tukang ojek disini. Kendaraan roda dua sangat sedikit, kebanyakan pun sepeda kayuh bermotor, itu pun sangat sedikit. Katanya sih, kalau pake atau punya sepeda motor pribadi itu malu-maluin & pengkhianatan, karena tidak mendukung program transportasi massal pemerintah. 

Di beberapa sudut kota, tersedia sepeda kayuh bermotor yang disediakan pemerintah secara gratis. Cara pakenya dengan scan ID di alat yang yang tersedia ketika meminjam dan mengembalikan. Yang pakai sepeda motor roda dua atau tiga biasanya orang-orang dari perusahaan pengiriman paket dan katering. Selain bus, taksi juga menjadi angkutan favorit. Seperti di Indonesia ada taksi berargo dan taksi non argo yang kalo bukan orang Zhuhai bakal susah negonya. Sedangkan untuk tarif dasar argo semua taksi berargo sudah dibuat sama oleh otoritas setempat. Dari berkali-kali naik taksi yang berargo di Zhuhai, cuma satu orang supir taksi yang membuat kami berputar-putar untuk menuju hotel dari pelabuhan Zhuhai padahal sebenernya tidak terlalu jauh ternyata,  


Di kota ini juga katanya untuk memiliki mobil pribadi sendiri cukup sulit, hanya orang yang benar-benar mampu membeli mobil yang bisa memiliki mobil atau mobil pemberian perusahaan biasanya. Katanya si untuk controling dalam manajemen transportasi dan lalu lintas mereka. Jadi jangan heran kalo kesini kebanyakan mobilnya di jalan adalah mobil yang di Indonesia bisa dibilang cukup mewah. Selain mobil, disini juga kalo mau punya anak banyak itu sulit. Karena kita tau sendiri China merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, jadi pemerintahnya membuat program dan sepertinya menanamkan mindset bahwa anak itu cukup satu dan anak lebih dari satu akan semakin susah hidup dan rejekinya. Aku belum sempet nanya, kalau anak lebih dari satu dapat hukuman apa atau apa yang terjadi. Jadi ketika berada di tempat-tempat keramaian di Zhuhai, aku belum pernah ngeliat suami istri lagi jalan-jalan yang bawa anak lebih dari satu dan pemandangan tersebut pun sangat langka. Beda banget sama di Indonesia. Banyak anak banyak rezeki kan? hehehe



Tempat wisata di Zhuhai sebenernya cukup banyak, namun karena kota ini kalah populer dengan tetangganya yaitu Macau dan Hongkong jadi kurang dikenal. Kota ini lebih dikenal sebagai kota dengan banyak industri barang-barang ekspor. Ada beberapa tempat wisata di Zhuhai yang cukup terkenal misalnya kawasan Zhuhai Lover Road, sebuah jalan panjang dipinggir pantai kota di Zhuhai yang banyak digunakan masyarakatnya untuk jogging dan bersantai Di salah satu titik jalan ini terdapat patung Fishing Girl Statue yang menjadi icon wisata di Zhuhai. Meskipun sebenernya menurutku biasa saja. Yang menarik sebenernya pemandangan sekitarnya, kayaknya enak buat lari pagi sambil nunggu matahari terbit atau nunggu senja disini, sambil liat pantai, lampu gedung-gedung tingginya, dan langitnya (kalo gak mendung). Dan aku pas lewat sini pas mendung siang-siang.. Tempat-tempat kulinernya juga katanya lumayan, sayangnya rata-rata bukan masakan halal. Jadi gak berani nyoba. Cuma liat dari luar di beberapa restoran mau makan pake antri sampe antrian di luar. 

Ada juga beberapa taman kota di Zhuhai yang cocok buat nyantai dan jalan-jalan. Ada juga Zhuhai National Museum yang terletak di seberang Zhuhai International Trade Shopping Plaza yang buka dari jam 10 pagi dan tutup jam setengah 4 sore. Lalu ada Zhuhai International Convention & Exhibition Center (Zhuhai CEC), dimana banyak sekali event-event internasional kelas dunia di adakan di area ini. Meskipun pembangunannya belum selesai 100%, namun sudah bisa digunakan dan termanage dengan cukup baik disemua bagiannya. Macau Tower cukup terlihat dari area ini. Mulai hari kedua kami di Zhuhai sampai hari keempat dihabiskan di area ini untuk meeting, seminar, dan berdiskusi soal pekerjaan. Sedangkan hari-hari selanjutnya kami habiskan untuk melakukan kunjungan ke beberapa factory di Zhuhai dan Zhongsan. Hanya sore hari dan malam kami baru bisa bersantai. 



Katanya, setiap ada event di area ini panitia juga menyediakan shuttle bus gratis yang akan melakukan antar jemput di titik-titik hotel yang sudah diatur panitia. Hal ini sangat memudahkan untuk para pengunjung event yang berasal dari luar Zhuhai. Shuttle busnya cukup bagus seperti bus pariwisata eksekutif di Indonesia namun dengan ukuran sedikit lebih pendek. Dari beberapa pengamatan dan cerita dari rekan kami yang asli Zhuhai. kota ini sedang disiapkan untuk mengimbangi pariwisata Hongkong dan Macau. Apalagi sebentar lagi jembatan panjang dari Hongkong ke Zhuhai akan segera selesai. Selain itu terlihat pembangunan hotel diberbagai titik, pembangunan tempat rekreasi, pusat perbelanjaan, arena olah raga kelas internasional. dan pembenahan sistem transportasi yang lebih baik lagi. Selama di Zhuhai kami menggunankan shuttle bus gratis dari event tersebut, taksi, dan juga mobil dan supir kantor dari beberapa perusahaan yang memang rekan bisnis kantor kami. 


Selain itu katanya ada beberapa kuil kuno maupun kuil replika dari yang ada di Beijing yang menjadi penarik wisata di Zhuhai. Tapi aku cuma lewat, gak ada yang mampir. Sempet mampir ke beberapa pusat perbelanjaannya seperti AEON Mall, GongBei Underground Shopping Plaza atau Zhuhai Port Plaza, dan Zhuhai International Trade Shopping Plaza. Sebenernya si tujuannya untuk belanja keperluan harian dan cari barang murah, namun ternyata barang-barang disini lebih mahal dari Indonesia jika di rupiah kan. Meskipun beberapa mereknya memang diproduksi di Zhuhai, namun harganya lebih mahal ketika dijual di Zhuhai sendiri. Karena katanya si memang orientasi kebijakan perdagangannya adalah untuk meningkatkan produktifitas masyarakatnya untuk menghasilkan produk ekspor. Mungkin yang murah jika kita belanja di Zhuhai adalah belanja barang yang akan dijual lagi di Indonesia dalam kuantitas yang banyak untuk diekspor ke Indonesia. Karena disini banyak produsen dan industri berbagai macam barang yang digunakan di Indonesia. Kemungkinan besar harga satuannya akan lebih murah. hehehe. 



Mungkin yang lebih murah kalo belanja di Zhuhai  buah-buahan lokalnya kali ya, karena sampai di Indonesia biasanya kalo masuk swalayan di Indonesia bakal masuk di rak buahan-buahan ekspor yang cukup mahal. Tapi buahan-buahan Indonesia di Zhuhai juga jadi mahal, misalnya durian montong di Zhuhai ada yang jual jika dirupiahkan setara dengan harga 1 sampai 1,5 juta rupiah. Sayangnya begitu dilihat labelnya ternyata buah impor dari negara sebelah Indonesia. Satu-satunya barang Indonesia yang aku temui disini dan satu-satunya makanan dalam kemasan yang ada logo halalnya yang aku temui adalah Khong Guan Biskuit kemasan beberapa ratus gram gitu. Meski sayangnya gak masuk rak produk best seller di swalayan sana. Ngomongin makanan halal, disini sangat sulit. Jadi kemaren kami lebih banyak makan buah-buahan, susu, telur, roti, dan biskuit. Sedangkan makan nasi dan dagingnya cuma di restoran muslim yang jaraknya cukup jauh dari hotel tempat kami menginap. Restorannya di kelola oleh komunitas muslim China yang memang membuka cabang di restoran makanan halal di berbagai provinsi di China. Sayangnya, di restoran ini para pegawainya pun belum bisa berbahasa Inggris. Jadi bahasanya adalah soal nunjukin gambar, nunjukin barang, pake bahasa jari, dan uang. Aku pun gak bisa bahasa mandarin. Taunya cuma Ni hao ma sama wo ai ni. Hahahaha.



Mata uang di Zhuhai ya tentu saja Yuan atau lebih dikenal dengan nama RMB disana. 1 RMB setara dengan sekitar 2 ribuan rupiah lah, tergantung fluktuasi. Kebanyakan warga Zhuhai masih belum lancar berbahasa Inggris karena mereka sangat menghargai bahasa lokalnya dan sebagai wujud cinta tanah air katanya. Bahkan banyak dari mereka belum bisa membaca huruf non china-nya termasuk supir taksi. Jadi kalo kita naik taksi atau naik bus, harus bawa kartu nama hotel kalo pengen bisa balik ke hotel dengan lancar atau minta petugas di hotel untuk menuliskan tempat tujuan kita pake huruf China buat ditunjukin ke supir taksi. Namun katanya si kursus-an bahasa Inggris disini sangat laris karena para muda mudinya mau tidak mau harus bisa dan mulai mengikuti dinamisme perekonomian yang berorientasi ekspor. Hari terakhir sebelum pulang ke Indonesia, kegiatan kamipun sangat padat sampai jelang keberangkatan. Cuma dapet oleh-oleh teh jamu dari China dan tekonya yang dikasih relasi bisnis kami. Lalu buru-buru berangkat ke Hongkong kemudian ke Indonesia. Tapi kami dapat berbagai pengalaman dan pengetahuan berharga di Zhuhai yang berguna bagi kami. Aku sendiri jadi lebih bersyukur tinggal di Indonesia dan lahir dari orang Indonesia. Tapi semoga aja bisa balik lagi traveling ke China. Ada yang mau sponsorin? :p 

You Might Also Like

0 comments