Pentingnya Sebuah Kartu

Monday, January 04, 2010

Seperti biasa pada hari-hari di minggu pertama awal bulan, ada suatu rutinitas yang biasa ku lakukan yaitu mengantre. Mengantre bersama dengan berbagai macam orang dari beragam profesi, namun kebanyakan adalah mahasiswa. Bukan mengantre di gedung bioskop, mengantre BLT, mengantre minyak di pangkalan, maupun mengantre sembako. Melainkan mengantre di depan mesin ATM di salah satu bank yang terletak di jalan Kaliurang, Yogyakarta untuk mengambil uang kiriman dari orang tua ku. Mungkin karena nasabahnya yang banyak, dan jumlah mesin ATM nya yang terbatas, sehingga terjadi antrean.


Ketika sudah berdiri di depan mesin ATM, kita akan diminta untuk memasukkan kartu ATM lalu memasukkan password atau kode akses. Kemudian memilih menu transaksi yang akan kita lakukan. Lalu kita akan mendapat secarik kertas sebagai bukti transaksi yang akan keluar dari mesin ATM tersebut. Yang paling rutin kulakukan tentu saja adalah pengambilan uang tunai dari saldo tabungan. Terkadang juga transfer uang maupun pembelian pulsa elektrik untuk ponsel. Maklum saja, aku waktu itu masih tercatat sebagai mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta. Jadi belum terlalu maksimal penggunaan fasilitas yang aku gunakan dari kartu ATM yang ku miliki.

Menarik napas panjang merupakan hal yang pertama yang ku lakukan setelah keluar dari Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tersebut. Hal itu kulakukan sebagai bentuk rasa syukur dan merasa lega karena sebagai mahasiswa perantauan yang hidup jauh dari orang tua dengan kiriman uang yang pas-pasan, mesin ATM merupakan mesin ketiga yang paling menunjang kehidupan ku di Yogyakarta setelah komputer dan motor tua yang biasa menemani ku. Aku dan teman-teman sesama mahasiswa di kontrakan lebih suka menyebut kepanjangan ATM sebagai “Anggaran Tuk Makan” karena sebagian besar uang kiriman orang tua kami digunakan untuk keperluan makan sehari-hari.

Fasilitas kartu ATM yang disediakan oleh bank sangat bermanfaat. Terutama ketika membutuhkan uang tunai dalam jumlah tertentu dengan cukup cepat. Transfer uang tanpa mengantre lama di bank, membayar rekening listrik, membeli pulsa elektrik, maupun lainnya. Tentu saja yang paling aku sukai adalah tarik tunainya. Dibandingkan dengan buku tabungan, kartu ATM menjadi media yang sangat membantu bila kita membutuhkan uang tunai dengan cepat. Meskipun ada fasilitas bank yang lain yang lebih canggih lagi yaitu kartu kredit, kartu debit, atau semacamnya, namun kartu ATM lebih cocok dengan ku. Mungkin karena kebutuhan ku yang belum terlalu banyak dan keuangan ku masih bergantung pada kiriman orang tua.

Pengurusan kartu ATM pun terbilang tidak terlalu rumit. Kartu ATM pertama yang ku miliki dibuat ketika aku akan masuk kuliah sebelum berangkat merantau ke pulau Jawa. Namun waktu itu masih ayah ku yang mengurusnya di bank. Namun kartu ATM kedua, aku yang pergi mengurusnya sendiri ke bank. Masih teringat dengan jelas, ketika pertama kali mengurus sendiri pembuatan ATM di bank. Pagi itu aku datang ke salah satu bank di kota Yogyakarta. Satpam bank pun dengan ramah menyambut kedatanganku dan menanyakan keperluanku. Lalu aku mengambil nomor antrian, dan menunggu giliran untuk dipanggil. Ketika giliranku tiba, aku disambut dengan senyum ramah pegawai bank yang berparas cantik. Dia menanyakan keperluanku dan kemudian aku memberitahukan bahwa aku ingin membuka rekening baru di bank tersebut.

Kemudian petugas tersebut memberitahukan tentang jenis-jenis layanan di bank tersebut. Aku memilih untuk menggunakan jasa tabungan bank tersebut beserta dengan kartu ATM-nya. Kemudian aku diminta mengisi formulir dan melengkapi semua persyaratan yang ada. Sekitar satu setengah jam aku berada di bank tersebut, akhirnya aku pun memiliki rekening baru, buku tabungan yang baru, dan kartu ATM yang baru dengan warna dominan hijau. Bank ini mengklaim bahwa dengan kartu ATM nya kita bisa melakukan tarik tunai di semua mesin ATM yang ada di Indonesia. Aku membuat kartu ATM yang baru, karena ayah ku sedang sakit. Biasanya tiap bulan ayahku harus menempuh jarak yang jauh menuju bank terdekat ketika akan mentransfer uang kepada ku. Padahal beliau harus istirahat total. Jadi untuk beberapa bulan kakak perempuanku yang mengirimkan uang bulanan kepadaku. Karena dia tinggal di daerah perkotaan sehingga lebih mudah untuk melakukan transfer uang melalui mesin ATM. Aku pun berganti menggunakan ATM dari bank yang sama dengan miliknya agar lebih mudah dan efisien.

Aku pun membuktikan bahwa ATM itu bisa digunakan untuk tarik tunai di berbagai macam mesin ATM. Ketika aku berlibur ke Semarang, Bandung, maupun Solo, aku bisa melakukan tarik tunai dari mesin ATM bank yang berlainan tanpa adanya potongan transaksi. Kemudahan ini pun sangat dirasakan ketika aku melakukan praktek kerja lapangan di Jakarta pada tahun 2008 selama beberapa bulan. Terkadang aku sengaja melakukan transaksi di mesin ATM dari bank yang berbeda-beda tiap minggunya hanya sekedar untuk mengetahui mesin ATM bank apa yang paling nyaman dan membuktikan kebenaran keunggulan kartu ATM yang ku gunakan. Aku pun dapat dengan mudah mengecek honor bulanan ku apakah sudah masuk atau belum ke dalam rekeningku melalui mesin ATM terdekat.

Bahkan ketika aku kehilangan kartu ATM ku beberapa bulan lalu di daerah kampus baru ku di daerah Solo, pengurusan kartunya pun tidak terlalu sulit. Aku tinggal menghubungi semacam hotline number untuk menonaktifkan atau memblokir kartu ATM ku yang hilang. Kemudian aku mengurus kartu ATM yang baru di bank yang bersangkutan di kota Solo dengan menunjukkan buku tabunganku dan surat keterangan dari Kepolisian lalu mengisi beberapa formulir. Tidak terlalu lama, hanya sekitar satu jam dan aku pun memiliki kartu ATM yang baru. Meskipun banyak manfaatnya, ada pula permasalahan yang kadang muncul dari penggunaan kartu ATM. Misalnya, bank tertentu terkadang memberikan saldo minimal di rekening cukup besar, sehingga terkadang cukup memberatkan untuk beberapa orang. Tapi itu adalah konsekuensi dari bank yang kita pilih. Ada pula jumlah tarik tunai yang dibatasi setiap harinya bagi pengguna tabungan bank jika menggunakan kartu ATM.

Belum lagi akhir-akhir ini banyak terjadi kasus pembobolan mesin ATM, sehingga makin banyak mesin ATM yang aktif hanya sampai pukul 22.00 untuk menjaga kemungkinan terburuk. Jadi jika dalam kondisi darurat kita sedang membutuhkan uang, kita harus menunggu sampai pagi atau mencari mesin ATM yang berfungsi 24 jam penuh. Mungkin sebaiknya ATM di tempatkan di wilayah yang dekat dengan pos pengamanan 24 jam atau mungkin di kantor kepolisian terdekat, agar masyarakat lebih sering berkunjung ke kantor polisi. Sehingga dapat memperbaiki pencitraan polisi di masyarakat kita, dan para nasabah pengguna ATM makin nyaman dan aman dalam bertransaksi.

Sayangnya mesin ATM belum menjangkau seluruh wilayah di Indonesia. Hanya untuk wilayah kota maupun ibukota kabupaten saja. Di tingkat kecamatan masih sulit ditemukan mesin ATM. Salah satunya di daerah kelahiranku yaitu kecamatan Sekampung, Lampung Timur. Mesin ATM terdekat berjarak sekitar 20 km dari rumahku dan itu pun berada kabupaten lain. Hal tersebut sangat dirasakan ketika aku maupun orang-orang yang mudik ke daerah tersebut pada masa liburan. Tidak seperti ketika berada di pulau Jawa dimana mesin ATM lebih mudah dijumpai.

Hingga saat ini hanya ada satu bank konvensional milik pemerintah yang ada di daerah tersebut. Sungguh sangat disayangkan, karena menurut ku daerah Sekampung sudah cukup potensial untuk usaha perbankan semakin berkembang. Jumlah pedagangnya sangat banyak, sudah banyak berdiri ruko yang megah dan peredaran uang yang cukup besar, pegawai negeri dan swasta cukup banyak. Selama ini penduduknya harus ke kabupaten sebelah untuk menabung di bank. Meskipun ada bank di kecamatan Sekampung tersebut, masih sedikit pedagang-pedagang dengan berpenghasilan besar memanfaatkan bank yang ada tersebut. Nasabah bank tersebut sebagian besar adalah para pegawai negeri sipil yang bertugas di wilayah Sekampung dan para petani di daerah tersebut. Meskipun kemudian sistem on line di bank tersebut sudah ada di awal tahun 2009, sehingga mempercepat sistem transfer uangnya. Namun tidak menambah jumlah nasabahnya secara signifikan karena tetap dengan biaya administrasi dalam setiap transaksi on line dan tanpa adanya fasilitas pembuatan kartu ATM dan belum tersedianya mesin ATM.

Tidak seperti di Sumatera, sangat menyenangkan jika datang ke bank yang ada di pulau Jawa. Karena menurut ku pelayanannya cenderung lebih baik dari pada bank-bank di pulau Sumatera. Hampir semua petugasnya selalu bersikap ramah dan sopan walaupun mereka sedang sangat sibuk. Lain halnya dengan di Sumatera, hal itu tidak selalu bisa kita lihat. Berdasarkan pengalamanku di Lampung, hanya bagian Customer Service (CS) yang selalu terlihat ramah, sopan, dan murah senyum. Bagian teller jika sedang sibuk biasanya kurang ramah dan kurang murah senyum kecuali dengan para nasabah tetap yang sangat sering melakukan transaksi di bank.

Apalagi di bank-bank yang terletak di tingkat kecamatan, sangat sulit ditemukan teller bank yang berusaha selalu ramah dan tersenyum kepada nasabahnya kecuali yang mereka kenal dengan baik jika dalam kondisi sibuk dan antrean panjang. Padahal jika semua petugas bank yang ada dapat bersikap ramah, sopan, dan murah senyum, para nasabah pun akan lebih nyaman dan merasa bangga terhadap bank yang dipilihnya. Aku harap terjadi pemerataan peningkatan pelayanan petugas bank, tidak hanya untuk bank di perkotaan namun juga untuk bank-bank yang ada di daerah. Karena dengan peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan perbankan, hubungan yang terjalin antara bank dan nasabahnya akan semakin baik, saling menguntungkan dan dapat membantu kelancaran perekonomian negeri ini.

You Might Also Like

0 comments